I.I. Latar Belakang Pengaruh Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu Pada Distributor MLM
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1996 tidak
saja melumpuhkan dunia usaha, tetapi juga menggoyahkan sendi-sendi kesejahteraan
masyarakat luas. Dunia kerja menjadi kian sempit, sementara masyarakat yang
membutuhkan kerja terus meningkat. Adanya penganguran dalam anggota keluarga
berarti masalah bagi anggota keluarga yang lain. Sebab, mereka terpaksa menanggung
beban hidup anggota keluarga yang menganggur. Secara luas, ini juga berarti
pengangguran yang disebabkan ketiadaan lapangan kerja akhirnya menjadi beban
tanggungan masyarakat juga. Pengangguran ini bukanlah hasil sebuah pilihan untuk tidak
bekerja, tetapi akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan, terutama dikota-kota
besar.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan sering mengharapkan mendapat pekerjaan
formal di kantor-kantor, baik pemerintah maupun swasta. Namun, justru sektor seperti
itulah yang pada masa –masa ini paling merasakan dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Konsekwensinya adalah efisiensi tenaga kerja dengan sedikit menyerap
tenaga kerja baru.
Dalam banyak kasus, seorang distributor mempunyai pendapatan yang tidak kecil,
bahkan melebihi pendapatan dari pekerjaan formalnya. Karena itu, banyak orang tertarik
untuk bergabung menjalankan model bisnis ini. Semakin banyak mitra kerja (downline)
yang direkrut atau semakin besar jaringan yang dibangun maka semakin besar bonus
yang akan diterima oleh distributor. Jadi apabila distributor benar-benar bekerja keras,
maka bonus yang diperoleh bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta per bulan.
Sebagaimana dalam rangking 10 profesi termahal di Indonesia, distributor MLM
menempati posisi pertama dengan pendapatan tertinggi yang diperoleh pengusaha
(distributor) MLM sebesar Rp 280.940.284,- per bulan. (Warta Ekonomi edisi 26 Maret
2001)
MLM merupakan cara berbisnis yang sah, etis, sukses, dan senantiasa
berkembang dimana setiap distributor dapat memperoleh hasil banyak atau sedikit
sebagaimana dikehendakinya, dengan sedikit resiko finansial, selama 6 atau 60 jam
seminggunya. Di Amerika konsep tersebut telah dikembangkan jauh lebih luas selama
berpuluh-puluh tahun, hampir setiap barang dan jasa dapat diperoleh melalui MLM.
Ini merupakan bisnis multinasional, menyangkut jutaan dollar, dan melibatkan jutaan
orang. Konsep MLM pertama kali dicetuskan oleh Nutrilite di AS pada tahun 1939,
menerapkan sistem bonus sebesar 2 % kepada setiap penjual yang berhasil merekrut
penjual baru ( Harefa, 1999:14).
Koen Verheyen, mantan anggota tim manajemen Oriflame, mengatakan bahwa
sampai November 1999 perusahaan yang melakukan penjualan langsung yang tercatat
sebagai anggota APLI hanya 28 dari 180 perusahaan. Dari jumlah tersebut, sampai
Desember 1997 sekitar 1.400.000 orang tergabung dalam jaringan perusahaan MLM
anggota APLI. Total penjualan yang tercatat oleh APLI akhir tahun 1997 berkisar Rp
700 milyar, suatu jumlah yang tidak kecil. Sementara yang tidak tergabung membukukan
penjualan Rp 800 milyar, sehingga total penjualan yang dilakukan oleh perusahaan MLM
sekitar Rp 1,5 triliyun. Sekitar 40 % dari omset tersebut merupakan pendapatan
perusahaan dan 60 % merupakan pendapatan distributor dalam bentuk keuntungan
eceran, komisi, bonus, dan lain-lain ( Harefa,1999: 17)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu untuk menganalisis lebih mendalam
suatu penelitian tentang “ Pengaruh Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu Pada Distributor MLM “.
09.44
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Pengaruh Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu Pada Distributor MLM
Rating: