Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

Bagaimana Bentuk Solidaritas Dan Kerjasama Antara Organisasi Mahasiswa Islam Dengan Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi Di Surabaya

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
A. Latar Belakang Masalah Bagaimana  Bentuk Solidaritas Dan Kerjasama Antara Organisasi Mahasiswa Islam Dengan Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi Di Surabaya

Potret sosial-politik di tanah air cukup menakjubkan sekaligus memprihatinkan. Sejak kegagalan konsolidasi demokrasi transisi pasca Soeharto dan dengan adanya indikasi hadirnya “Siklus Otoritarianisme” di tanah air, ditambah dengan surutnya gerakan mahasiswa (GM). Alih-alih “redemokratisasi” dalam kestabilan, sebaliknya semua dengan mudah menghantarkan “rekonsolidari” kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi metamorfosis orde baru kembali dapat mengambil alih peran penting dalam ruang public (Negara). Pemberian posisi terhormat tehadap Soeharto—yang pada awal demokrasi transisi menjadi musuh bersama rakyat Indonesia, dan upaya subordinasi partisipasi politik PNS adalah adalah dua indicator sukses “Rekonsolidasi” kekuatan lama Soehartorian. Belum lagi, ppenguasaan jalur eksekutif—mulai dari posisi wakil presiden, beberapa gubernur dan Bupati / Wali Kota, serta jalur legislative khususnya DPR/MPR semakin membuka jalan “rekonsolidasi” menuju “Siklus Otoritarianisme”. Di sisi lain, realitas dinamika gerakan mahasiswa yang pada posisi saat ini seharusnya menjadi pilar penting menahan laju rekonsolidasi berada dalam kondisi tidak berdaya demoralisasi. Grakan-gerakan revolusioner cenderung tidak sinergis, terfragmentasi, sectarian, dan praktis tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Beberapa potret aksi-aksi mahasiswa yang mengemuka akhir-akhir ini merujuk dengan jelas pada keterpurukan dan ketidakberdayaan gerakan. Aksi penolakan kebijakan kenaikan harga BBM yang cukup menyentak, praktis tidak terkonsolidasi dengan rapi (cenderung bergerak sendiri-sendiri), hanya melibatkan segelintir mahasiswa kalau di banding GM tahun 1998. Dinamika yang cenderung mengarah pada konflik ideologis sectarian inilah sebab dari fragmentasi gerakan selama ini tapi dengan hadirnya semangat baru yang sudah di uji dengan berbagai pendiskusian, beberapa organisasi yang berbeda pandangan tidak lagi mempermasalahkan idiologi tapi bagaimana kerjasama dan solidaritas itu muncul disetiap situasi. Dengan adanya pola yang dilakukan organisasi-organisasi mahasiswa masih mengedepankan masing-masing bendera organisasi mulai luntur dengan semakin terspesialisakannya pembagian kerja yan obyektif untuk menuju masyarakat yang modern.
Logikanya, Marxisme-Leninisme adalah faham materealisme revolusioner yang difungsikan dalam organisasi LMND sebagai pijakan nyata bahwa persoalan ekonomi, sosial, dan politik terkait rakyat harus diperjuangkan dengan cara manusia sendiri. Tidak ada yang bisa merubah dari nasib manusia sendiri kecuali manusia itu bekerjasama dana bersama bersatu membentuk satu wadah yang revolusioner. Faham seperti ini sangatlah materialis dan terlihat berani. Dalam setiap tesis Karl Marx atau buku-bukunya selalu menguraikan masalah sosial, ekonomi, dan revolusi. Di dalam organisasi hanyalah berbicara kebebasan, kemerdekaan, bagaimana kelas pekerja, kaum miskin kota, mahasiswa dan rakyat mendapat hak yang semestinya. Hal tersebut harus tercapai dengan tindakan yang material yaitu kerja organisasi yang revolusioner. Sekali lagi, LMND tidak mempermasalahkan agama di dalam organisasi. Agama dianggap sudah selesai pada privatisasi individu-individu dari perorangan. Agama adalah urusan manusia dengan penciptanya. Jadi wajar bahwa ideologi yang di pakai oleh LMND sangat berseberangan dengan apa yang dianut oleh organisasi-organisasi Islam pada mestinya.
Karena adanya kesadaran yang sangat rasional dan obyektif bahwa dibutuhkan solidaritas sosial dan kerjasama antar organisasi karena tidak akan pernah mampu untuk berjuang sendirian dalam memenangkan perjuangan lepas dari penindasan. Maka, perbedaan ideologi dalam hal ini tidak menjadi penghalang untuk bersatu dan bekerjasama. Tentunya dengan kontrak kesepahaman sosial-politik yang sudah disepakati.
Dimata kedua organisasi tersebut, perjuangan yang dilakukan secara sekterian hanya akan membuahkan hasil yang minim dan semakin memicu fragmentasi (perpecahan). Artinya, semakin satu kelompok berjuang sendiri, maka perjuangan semakin terlihat sectarian, semakin terlihat subyektif pada kelompoknya sendiri. Dengan landasan di atas dapat di tarik satu permasalahan yang krusial dalam penulisan skripsi ini. Yaitu, bagaimana bentuk solidaritas dan kerjasama antara Organisasi Mahasiswa Islam dengan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi di Surabaya?.

| Download File Lengkapnya... |
Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Bagaimana Bentuk Solidaritas Dan Kerjasama Antara Organisasi Mahasiswa Islam Dengan Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi Di Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar