Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY INDOMIE DENGAN MIE SEDAAP

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
1.1 Latar Belakang ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY  INDOMIE DENGAN MIE SEDAAP

Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang
semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Hermawan
Kartajaya (2004: 144), brand merupakan nilai utama pemasaran. Jika situasi
persaingan meningkat, peran pemasaran akan makin meningkat pula dan pada
saat yang sama peran brand akan semakin penting.
Dengan demikian, brand saat ini tak hanya sekedar identitas suatu
produk saja dan hanya sebagai pembeda dari produk pesaing, melainkan lebih
dari itu, brand memiliki ikatan emosional istimewa yang tercipta antara
konsumen dengan produsen. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang
mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.
Pasar telah dibanjiri berbagai jenis barang yang diproduksi massal,
akibatnya konsumen pun menghadapi terlalu banyak pilihan produk, namun
sayangnya informasi tentang kualitas-kualitas produk yang ada di pasaran
sangat minimum sekali. Dalam kondisi seperti itu, produsen harus punya
keahlian untuk memelihara, melindungi, dan meningkatkan kekuatan
mereknya sebab pada saat brand equity sudah terbentuk, maka ia akan
menjadi aset yang sangat berharga sekali bagi perusahaan.
Simamora (2001: 66), dalam bukunya ”Remarketing for Business Recovery, Sebuah Pendekatan Riset” mengatakan brand equity adalah
kekuatan merek atau kesaktian merek yang memberikan nilai kepada konsumen. Dengan brand equity, nilai total produk lebih tinggi dari nilai produk sebenarnya secara obyektif. Ini berarti, bila brand equity-nya tinggi, maka nilai tambah yang diperoleh konsumen dari produk tersebut akan semakin tinggi pula dibandingkan merek-merek produk lainnya.
Karena hal itu, pada akhirnya brand akan mampu menjadi sumber daya saing yang bisa berlangsung lama dan bisa menjadi penghasil arus kas bagi perusahaan dalam jangka panjang (Janita, 2005: 18). Produk yang telah memiliki brand yang kuat akan sulit ditiru. Lain dari produk yang bisa dengan mudah ditiru oleh pesaing, sebuah brand yang kuat akan sulit ditiru karena persepsi konsumen atas nilai suatu brand tertentu itu tidak akan mudah diciptakan. Dengan brand equity yang kuat, konsumen memiliki persepsi akan mendapatkan nilai tambah dari suatu produk yang tak akan didapatkan dari produk-produk lainnya.
Pola konsumsi masyarakat kini telah banyak dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Makanan-makanan yang cepat saji atau instan kian digemari sebagai substitusi nasi. Salah satu dari makanan cepat saji itu adalah mie instan. Produk ini bahkan kian menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan pokok. Pertimbangannya adalah kepraktisan, harga yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan.
Meningkatnya permintaan ini juga menimbulkan meningkatnya persaingan dikategori produk mie instan. Produk-produk mie instan yang ada dipasaran antara lain; dari grup Indofood ada Indomie, Sarimi dan Supermi; dari grup Wings Food ada Mie Sedaap; dari Grup ABC ada Mie ABC dan Mie President; dari PT. Delly Food SC ada Miduo dan Mie Gelas ,dll. Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai universitas negeri ternyata memiliki peminat yang terus meningkat tiap tahunnya. Bahkan pernah tercatat memiliki peminat terbesar se-Indonesia untuk program studi tertentu. Sebagian besar mahasiswanya memilih tinggal di kost-kost. Kebanyakan dari mereka berasal dari luar Semarang, bahkan ada yang dari luar Jawa.
Sebagai seorang anak kost, pendapatan utama berasal dari kiriman orangtua tiap bulannya. Rata-rata dari mereka belum mempunyai penghasilan tetap. Jadi disini, perilaku mengkonsumsi mie instan merupakan hal yang biasa, mengingat mie instan adalah produk yang harganya cukup terjangkau untuk anak-anak kost, praktis, dan cukup mengenyangkan sebagai pengganti nasi, akhirnya banyak mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan.
Berdasarkan survey pendahuluan peneliti tentang brand mie instan yang dikonsumsi mahasiswa Universitas Negeri Semarang, diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Brand-brand Mie instan yang dikonsumsi mahasiswa Universitas
Dari tabel 1 diatas terlihat Indomie memperoleh prosentase sebesar

53,33%, Mie Sedaap sebesar 30%, Supermie memperoleh prosentase sebesar 13,33%, dan Gaga Mie sebesar 3,34%. Dapat disimpulkan brand Indomie dengan Mie Sedaap merupakan dua brand mie instan yang diminati oleh sebagian besar mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Indomie sebagai market leader di kategori produk mie instan, telah
memiliki brand equity yang kuat namun mengalami penurunan pangsa pasar
semenjak munculnya merek-merek baru yang semakin menjamur di pasar mie
instan, terutama sekali sejak munculnya Mie Sedaap dari Wings Food.
Menurut data yang dikeluarkan majalah SWA (2004: 66), pangsa pasar
Indomie di tahun 2002 masih sebesar 90%, namun sejak hadirnya Mie Sedaap
di pasar mie instan pangsa pasar Indomie terus merosot. Di tahun 2006 pangsa
pasar Indomie turun menjadi hanya sebesar 70%
(
http://www.kaltimpost.net).
Baik Indomie maupun Mie Sedaap sama-sama gencar meng-iklan-kan
produknya di televisi. Keduanya tak mau kalah dalam perang iklan agar
produknya menjadi top of mind di benak konsumen dan menjadi produk yang
paling dikenal dipasar mie instan.
Kedua merek itu pun memakai selebritis sebagai asosiasi mereknya.
Mie Sedaap pernah menggunakan talent AFI sebagai asosiasi mereknya, lalu
kini dengan Titi Kamal, salah satu artis papan atas di Indonesia. Indomie
memakai ”Tiga Diva” yaitu, Ruth Sahanaya, Kris Dayanti, dan Titi DJ,
sebagai asosiasi mereknya.
Selain itu, Indomie juga meningkatkan perceived quality dimata
konsumen dengan menambahkan ekstra bawang goreng pada mie instannya.
Indomie tidak mau kalah dengan Mie Sedaap yang memberikan ekstra bawang
goreng juga. Indomie dan Mie Sedaap selalu menjaga tingkat kertersediaan produk ini, sehingga konsumen bisa dengan mudah mendapatkan produk ini
ditingkat eceran. Bahkan, untuk mie instan Indomie, banyak warung atau gerai-
grerai tradisional yang khusus menjual produk ini dalam bentuk sudah matang
atau siap makan. Harga kedua merek tersebut relatif sama di pasaran.
Secara teoritis, brand loyalty merupakan ukuran inti dari brand equity
karena merupakan ukuran keterkaitan seorang pelanggan dari sebuah brand
(Simamora, 2001: 112). Namun kenyataannya bahwa meski Indomie maupun
Mie Sedaap memiliki strategi yang relatif sama dalam meningkatkan brand
equity-nya, ternyata indeks loyalitas brand Indomie (sebagai ukuran inti dari
brand equity) tetap mengalami penurunan dibandingkan Mie Sedaap.
Berdasarkan hasil survey majalah Swa dan lembaga riset
pasar ”MARS” di tahun 2006 , ternyata indeks loyalitas brand Indomie
mengalami penurunan. Di tahun 2005, Indomie memperoleh indeks loyalitas
sebesar 80 dan Mie Sedaap sebesar 70,7. Namun ditahun 2006, indeks
loyalitas brand Indomie turun menjadi 75,5 sedangkan Mie Sedaap tetap
diangka 70,7 (
http://www.kaltimpost.net).
Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
perbandingan mengenai brand equity Indomie dan Mie Sedaap. Mengapa
indeks loyalitas brand Indomie tidak mampu bertahan, padahal kedua merek
tersebut telah menerapkan strategi-strategi yang relatif sama dalam
memperkuat ekuitas mereknya di pasar mie instan.
Berdasarkan gambaran-gambaran diatas, maka judul yang dipilih
penulis dalam penelitian ini adalah “Analisis Perbandingan Brand Equity Indomie dengan Mie Sedaap (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang)

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan
yang akan dikaji pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Adakah perbedaan antara brand equity Indomie dengan Mie Sedaap bagi
mahasiswa Universitas Negeri Semarang?

| Download File Lengkapnya... |

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY INDOMIE DENGAN MIE SEDAAP

0 komentar:

Posting Komentar