A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Pasar modal di Indonesia yang dilaksanakan oleh Bursa Efek
Indonesia belakangan ini tumbuh dengan cepat, hal ini ditandai dengan
banyaknya perusahaan yang sudah go public di Indonesia. Perusahaan-
perusahan go public menjadikan pasar modal sebagai lembaga alternatif
untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk pengembangan
perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh
laba atau sering disebut dengan return yang terbaik, return diperoleh
investor dari dua sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan
kenaikan harga saham di pasar modal. Naik dan turunnya harga saham
pada dasarnya menjadi perhatian utama investor melakukan investasi
daripada mengharapkan pembagian dividen yang dilakukan secara berkala
dan tidak ada jaminan pembayaran dividen meskipun perusahaan
memperoleh laba, dan jika diperhatikan maka tingkat return dari
pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang
diperoleh dari kenaikan harga saham.
Harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia sewaktu-waktu
dapat berubah secara acak. Hal ini dapat dilihat dari hasil temuan oleh
Husnan dan Mamduh tentang harga saham dalam pengamatan pada tahun
1990, menyatakan bahwa harga saham adalah acak dan efesiensi pasar Bursa Efek Indonesia berada pada bentuk efisiensi lemah (Husnan dan
Mamduh, 1991).
Kenaikan dan Penurunan harga saham di pasar modal membuat
investor cenderung melakukan analisis harga saham untuk memilih saham
yang bisa menghasilkan return yang baik, dan analisis yang digunakan
investor dalam melakukan analisis harga saham, dapat dilakukan dengan 2
(dua) pendekatan, yaitu menggunakan analisis fundamental (internal
perusahaan), yang diukur dari kinerja keuangan dan kinerja manajemen
perusahaan atau menggunakan analisis teknikal (eksternal perusahaan),
yang diukur dari pola perubahan harga saham karena hal-hal diluar
kebijakan perusahaan.
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap saham memiliki
nilai intrinsik yang sering disebut dengan nilai sebenarnya, atau
dinyatakan sebagai nilai kelayakan dari suatu saham. Nilai kelayakan
suatu saham dinyatakan sebagai nilai yang paling tepat, sebagaimana
dengan kinerja perusahaan. Sehingga nilai intrinsik saham harus
menggambarkan secara nyata internal perusahaan, khususnya yang terkait
dengan kemampuan perusahaan menciptakan arus tunai (cash flow) dalam
menjalankan operasional perusahaan secara efektif, efisien dan produktif.
Dengan demikian nilai intrinsik saham secara lagsung harus terproyeksi
pada nilai pasar saham di pasar modal (Basu, 1983).
Baik atau buruknya kinerja keuangan dapat diukur dengan
menggunakan rasio keuangan. Bukti empiris menunjukkan bahwa current
ratio, debt to equity ratio dan return on asset berpengaruh positif terhadap
return saham di pasar modal. Tetapi berbeda dengan apa yang terjadi di
Indonesia dimana faktor-faktor eksternal nampak mempunyai pengaruh
yang lebih dominan terhadap pembentukan harga saham. Current ratio
adalah rasio likuiditas yang menggambarkan mengenai kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Debt to equity ratio adalah rasio leverage yang menggambarkan kinerja
perusahaan secara keseluruhan yang membandingkan total liabilities
dengan total equity return on asset adalah rasio profitabilitas yang dapat
menggambarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan yang merupakan
perbandingan antara net profit after tax dengan total assets suatu
perusahaan. Secara bersama-sama current ratio, debt to equity ratio, dan
return on asset memiliki pengaruh signifikan (Emanuel : 2006).
Menurut Abdullah (2005 : 120), rasio yang biasa digunakan dalam
mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio solvabilitas (kecukupan
modal), rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Rasio yang
menggambarkan solvabilitas bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR)
yang mengukur kecukupan modal yang dimiliki suatu bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung resiko dan sekaligus menunjukkan
tingkat kesehatan bank dalam aspek permodalannya (SE BI N
6/DPNP/2004).
Gambaran likuiditas suatu bank dapat diukur dengan rasio Loan t
Deposit Ratio (LDR) yang mengukur rasio kredit terhadap dana p
ketiga dan sekaligus menunjukkan tingkat kesehatan bank ditinjau da
segi likuiditasnya (SE BI No. 6/23/DPNP/2004), sedangkan Return on
Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusaha
dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan pendapatan atau laba da
sekaligus menunjukkan tingkat kesehatan bank dalam aspek Asse
Quality (SE BI No. 6/23/DPNP/2004), oleh sebab itu penulis mengukur
kinerja keuangan perbankan dari ketiga rasio tersebut yaitu Capi
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return on
Assets (ROA).
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham
perbankan di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut : bagaimana pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return On
Assets (ROA) terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia ?
11.11
Unknown
No comments
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Rating:
0 komentar:
Posting Komentar