A. Latar Belakang Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang apa yang kita inginkan, orang
lain tahu maksud kita. Kenyataannya, tidak semua orang yang kita harapkan
mengert i, Begitu juga berhadapan dengan pasien, dan yang perlu kita tanyakan
apakah yang dimaksud pasien sama yang kita pikirkan. Karena persepsi yang
salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak
nyaman, dan tidak puas, oleh karena itu kita perlu memahami persepsi
(Mustikasar, 2006).
Seorang perawat adalah individu yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan, akan tetapi memiliki
persepsi yang berbeda. Karena persepsi dapat dipengaruhi oleh individu yang
bersangkutan, sasaran persepsi dan situasi (Siagian, 2004). Apabila seorang
perawat memiliki persepsi yang positf, maka perawat juga akan bersikap dan
berperilaku yang positif dalam memberikan asuhan keperawatan (Satiadarma,
2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi perawat pelaksana dalam
asuhan keperawatan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dapat
memperlancar kegiatan keperawatan seperti peralatan medik (obat-obatan, set
infus, kateter), peralatan keperawatan (materi pencegahan infeksi, pencegahan
trauma), dan peralatan pendukung keperawatan (Herymrt, 2008).
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama
proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menunjukkan
pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stres (Nursalam, 2005).
Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun
bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang
terapuetik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Perawatan atraumatik
pada anak tidak terlepas dari peran serta orang tua (Supartini, 2004). Sebuah
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan Sherlock (1989) menyebutkan
bahwa 90 % anak yang berusia 4 sampai 11 tahun menginginkan orang tua
mereka menemani selama proses perawatan di rumah sakit (Wong, 2002).
Hasil penelitian dari Sherlock (1990) dalam Supartini (2007)
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma
pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari
sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan sosial
antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut, distres yang dapat
dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan
suara bising sedangkan distres psikologis mencakup kecemasan, takut marah,
kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah.
Lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat menjadi stresor bagi
anak untuk menimbulkan trauma. Prinsip dasar dari perawatan atraumatik
yang harus dimiliki oleh setiap perawat anak terdiri dari 5 komponen yang
meliputi menurunkan atau mencegah perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah atau
mengurangi cedera dan nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik. Selain itu perilaku petugas dan ruangan
perawatan anak tidak dapat disamakan seperti orang dewasa (Hidayat, 2005).
Oleh karena itu perlunya peran serta perawat dan persepsi yang baik
terhadap perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadinya trauma
pada anak baik fisik maupun psikis (Supartini, 2004). Dari hasil penelitan
yang dilakukan oleh (Sitio, 2008) menyebutkan bahwa 11 orang (44%)
perawat memiliki persepsi yang baik dan 14 orang (56%) perawat yang
memiliki persepsi cukup baik terhadap keterlibatan orang tua dalam perawatan
anak yang merupakan salah satu prinsip perawatan atraumatik pada anak.
Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah
sakit yang memberikan pelayanan keperawatan anak, dari hasil wawancara
pada 4 orang anak berumur 5-7 tahun yang di rawat di ruang III dan diperoleh
mereka merasa takut dan terasa sakit ketika diberikan tindakan medis
misalnya pemberian obat melalui injeksi, pembersihan luka, dan lain-lain. Hal
ini menunjukkan mereka masih mengalami trauma fisik dan psikis.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk menelit i
bagaimana persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak
di ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan yang merupakan salah satu rumah sakit
rujukan di kota Medan.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
pada anak di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan.
18.08
Unknown
No comments
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Rating:
0 komentar:
Posting Komentar