I.1 Latar Belakang Masalah Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang Remaja Di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Mengingat cepatnya arus globalisasi, seiring dengan diikutinya
peningkatan kemajuan teknologi yang memberikan nilai tambah dengan
mudahnya mengakses segala informasi, pengetahuan penggunaan sarana atau
suatu alat yang selanjutnya akan berdampak pada perilaku masyarakat yang
lambat laun mulai mengakibatkan perubahan di lingkungan pergaulan remaja.
Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Dalam perspektif psikologi
perkembangan, masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini
seorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak
menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan-
perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-
kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan
untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang
menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis
ident itas (Kartono, 1998 : 12 ).
Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat
penyaluran yang sehat. Kebutuhan efektifitas sosial, melakukan sosialisasi kelompok untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap
kehadirannya dalam wujud apresiatif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini tidak
terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk perilaku
menyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan anak-anak muda remaja pada
intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan
sosial yang ada di dalamnya.
Pembangunan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pergolakan
sosial tersebut. Pembangunan dapat membawa dampak terhadap masyarakat,
bangsa dan Negara. Dampak tersebut dapat berupa negatif atau positif. Di satu sisi
mempunyai manfaat, namun di sisi lain menimbulkan permasalahan yang sangat
kompleks. Permasalahan yang muncul membawa konsekuensi logis di dalam
pembangunan berbagai sektor dan aspek. Salah satunya adalah pembangunan di
daerah perkotaan, khususnya di kota Medan. Medan sebagai salah satu kota besar
di Indonesia berfungsi sebagai kota perdagangan, dan industri di propinsi
Sumatera Utara. Konsekuensi logis dari adanya pembangunan dan industrialisasi
di kota Medan adalah semakin meningkatnya urbanisasi yang menimbulkan
berbagai permasalahan, misalnya semakin bertambahnya penduduk. Pertambahan
penduduk yang terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan kepadatan
penduduk. Berdasarkan data BPS penduduk kota Medan berjumlah 2.036.018
dengan kepadatan penduduk 7.681 jiwa/Km² tahun 2006
(http:/www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan, 09 Nopember 2008).
Dapat dimengerti bahwa masyarakat yang memiliki kepadatan penduduk
tinggi dengan kebudayaan kemiskinan dan sangat minim fasilitas fisiknya,
ditambah dengan banyak kasus penyakit dan pengangguran, dapat memberikan tekanan-tekanan tertentu; juga memberikan ransangan kuat kepada anak untuk
menjadi jahat. Kehidupan di wilayah-wilayah yang padat penduduk biasanya
ditandai dengan hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Pengaruh yang buruk
itulah yang dapat mengakibatkan anak remaja menjadi berperilaku menyimpang
(Soekanto, 1990 : 69 ).
Data dari BAPEMNAS SUMUT, menyatakan bahwa sedikitnya terdapat
penduduk miskin di Sumatera Utara berjumlah 1.980.000 jiwa dari jumlah
penduduk di Sumatera Utara 12.061.632 jiwa pada bulan Mei 2007 dan data
SUSENAS memperkirakan penduduk miskin di kota Medan berjumlah 143.037
jiwa. Kemiskinan dapat mengakibatkan lingkungan pemukiman kumuh yang
identik dengan perkampungan miskin dan menciptakan suatu kehidupan yang
tidak nyaman. Data BAPEMNAS kota Medan tahun 2005, bahwa tercatat 12
kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan yang mempunyai
lingkungan kumuh. Dari 12 kecamatan yang memiliki lingkungan kumuh tersebut
terdapat 28 kelurahan yang memiliki lingkungan kumuh. Sedangkan lingkungan
kumuh yang terdapat ke-28 kelurahan tersebut berjumlah 62 lingkungan
(BAPEMNAS, kemiskinan, http://www.tempo interaktif.go.id, 06 November
2008).
Daerah pemukiman yang tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat
tinggal yang layak huni dengan kondisi wilayah yang relatif padat dan tidak
nyaman. Ketidaknyamanan inilah yang membuat jiwa remaja bergejolak untuk
mencari kesenangan tersendiri, berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri
dan kepentingan pribadi. Dalam kondisi batin yang resah itu mereka mencoba
menghibur diri dengan jalan berkeliaran ke mana-mana, lama-kelamaan mereka mulai menjadi liar tidak terkendali, sering dikuasai kecendrungan dan keinginan
yang aneh-aneh, yang pada akhirnya berperilaku menyimpang dari pola-pola
umum yang ada. Perilaku menyimpang yang mereka lakukan diwujudkan dengan
melakukan tindak kejahatan.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diambil perumusan masalah yaitu :
“Faktor-Faktor Apa Sajakah Yang
Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia”.
10.31
Unknown
No comments
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang Remaja Di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Rating:
0 komentar:
Posting Komentar