A. Latar Belakang Masalah PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) MENGGUNAKAN PRAKTIKUM APLIKATIF BERBASIS LIFE SKILL
Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah senantiasa
diupayakan agar berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan
masyarakat. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Tap MPR
No. 11/MPR/2000 berdasarkan Pancasila adalah untuk meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan untuk mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. Tujuan pendidikan yang masih umum (tujuan pendidikan
nasional) dijabarkan menjadi tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai
dalam bidang studi tertentu. Tujuan ini lebih dikhususkan lagi menjadi tujuan
instruksional, yaitu tujuan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Mereka dianggap berhasil bila mencapai tujuan tersebut, sedang yang mendapat
hambatan diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan konsep
saja, tetapi bagaimana siswa dilatih untuk menemukan fakta dan konsep tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat
sehingga tak mungkin lagi bagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep
kepada siswa. Tetapi selama ini, penyajian pelajaran kimia di SMA sering
diarahkan hanya pada penguasaan konsep, sehingga sangat sedikit menyentuh
aspek lain di luar itu seperti sikap ilmiah dan pengembangan ketrampilan proses
(Karim, 2000 dalam Hidayat, 2003).
Berdasarkan hasil observasi awal dan informasi yang diperoleh dari guru
mata pelajaran kimia SMA Negeri 5 Semarang yaitu Ibu Dra. Pudji Astuti, bahwa
nilai mid semester siswa kelas XI-IA 4 di bawah tingkat ketuntasan belajar yaitu
sebesar 5,8 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 29%. Hasil belajar kimia
siswa yang di bawah tingkat ketuntasan belajar ini disebabkan oleh beberapa hal,
baik yang berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang
dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 11 April 2007, hal yang menyebabkan mengapa hasil belajar kimia siswa
sebagian besar di bawah tingkat ketuntasan belajar ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton yaitu ceramah.
2. Siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Kurangnya pemanfaatan sarana yang ada di laboratorium secara optimal.
4. Sumber bahan pelajaran yang digunakan kurang memadai.
Hal yang harus dilakukan agar proses belajar mengajar dapat tercapai
dengan baik adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok. Model
pembelajaran apa yang cocok agar siswa dapat berpikir secara kritis, logis, dan
memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak
membosankan merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Selama ini guru kimia masih banyak menggunakan metode ceramah yang
kurang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajarnya, sehingga diperlukan
model pembelajaran lainnya yang dapat melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar, diantaranya adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin di
Universitas John Hopkins. Pembelajaran kooperatif STAD menekankan pada
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan perolehan kesempatan
yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok. (Ibrahim, dkk.
2000:20).
Dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini akan merangsang minat
belajar siswa karena di dalam proses pembelajaran, ada kerjasama dalam tim
sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menguasai materi pelajaran yang
dipelajari secara bersama dalam kelompoknya sampai tuntas.
Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif STAD yaitu oleh Susilowati (2006) dan Sari (2005)
bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD dapat
meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok materi kesetimbangan dan materi
stoikiometri pada siswa kelas XI SMA Negeri 15 Semarang dan pada kelas X-6
semester I SMA Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2004/2005.
Ilmu kimia sebagai proses dan produk mestinya mampu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa sebab
belajar kimia dapat diartikan sebagai upaya untuk mengetahui berbagai gejala atau
fenomena alam agar mendapatkan suatu senyawa yang bermanfaat bagi
kesejahteraan umat manusia. Selain itu dapat pula dgunakan sebagai alat untuk
mendidik siswa agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah.
Atas dasar pemikiran di atas tentunya perlu upaya yang terus menerus
untuk mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran kimia yang unggul,
yaitu suatu pendekatan pembelajaran kimia yang mampu memotivasi peserta didik
untuk berwirausaha. Namun pembelajaran kimia tersebut tetap merupakan
pembelajaran kimia yang menarik serta memupuk daya kreativitas dan inovasi
peserta didik. Selanjutnya, pembelajaran kimia yang demikian itu dapat disebut
sebagai pendekatan pembelajaran chemoentrepreneurship disingkat CEP.
(Supartono,2006)
Hasil analisis kurikulum 2004 (KBK) untuk SMP / MTs mata pelajaran
sains aspek kimia dan SMA / MA mata pelajaran kimia menunjukkan bahwa
pendekatan CEP sesuai dan cocok dengan tujuan pemberian mata pelajaran kimia,
antara lain : (1) Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa, (2) Memupuk sikap ilmiah siswa, (3) Memberi kesempatan siswa untuk
melakukan kerja ilmiah, (4) Meningkatkan kesadaran siswa untuk memelihara dan
melestarikan lingkungan, (5) Memahami konsep-konsep kimia dan saling
keterkaitannya serta penerapannya, (6) Membentuk sikap positif siswa terhadap
kimia untuk kemudian mempelajari kimia lebih lanjut. Atas dasar kenyataan-
kenyataan tersebut, maka penerapan pendekatan CEP menjadi sangat tepat untuk
dilaksanakan.
Salah satu cara mengajar yang menekankan pada pemahaman konsep
lewat proses mengalami adalah metode praktikum aplikatif. Cara praktikum
mutlak diperlukan karena salah satu tujuan pembelajaran kimia adalah agar siswa
memiliki ketrampilan dalam melakukan kegiatan laboratorium untuk memahami
konsep-konsep kimia serta menumbuhkan minat dan sikap ilmiah (Depdiknas,
1999:1). Dengan praktikum aplikatif, memungkinkan siswa untuk berproses
dalam menemukan konsep sendiri, sehingga materi yang dipelajari dapat
diidentifikasi, dianalisis dan disintesis, diuji kebenarannya dan disimpulkan
menjadi suatu konsep. Dengan penggunaan cara praktikum aplikatif ini
diharapkan siswa termotivasi untuk belajar, kreatif, berpikir logis serta sistematis
dan dapat melatih siswa untuk berpikir ilmiah.
Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk
menyiapkan siswa untuk meneruskan tingkat pendidikan ke Perguruan Tinggi.
Namun pada kenyataannya tidak semua lulusan SMA berkesempatan dan diterima
melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Hasil selaksi penerimaan
mahasiswa baru (SPMB) 2007 yang diumumkan jumat 3 Agustus 2007
diperoleh
informasi bahwa, dari total 396.767 peserta SPMB
yang berebut kursi di 56
perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di Indonesia, sebanyak 298.264 peserta
atau
sekitar 75 persen dipastikan gagal. Karena total penerimaan SPMB yang
disediakan tahun ini hanya 98.503.
(
http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=16
776.)
Untuk mengantisipasi kemungkinan siswa yang tidak bisa melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi, maka siswa SMA perlu dibekali dengan life skill
atau kecakapan hidup khususnya vocational skill (kecakapan
vokasional/kejuruan). Life skill atau kecakapan hidup merupakan orientasi
pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang
diperlukan seseorang. Orientasi pembelajarannya mengikuti alur konsep
pengajaran life skill yang meliputi materi-materi kecakapan akademik, kecakapan
sosial, kecakapan berpikir, dan kesadaran diri. Peserta didik, setelah mengikuti
model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif
berbasis lifeskill, diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
mampu bekerja dan berusaha secara mandiri.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian
dengan judul: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) MENGGUNAKAN PRAKTIKUM APLIKATIF BERBASIS LIFE SKILL
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dipilih model atau pendekatan dalam proses pembelajaran
terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut kekurangan
proses pembelajaran kimia.
1. Kondisi Siswa
a. Siswa kurang berminat dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dikarenakan KBM kimia dilaksanakan pada tengah hari.
b. Siswa kurang mandiri dalam proses pembelajaran, ditandai dengan siswa
hanya mau menjawab jika ditunjuk oleh guru.
c. Siswa malu bertanya dan kurang menguasai materi pelajaran secara utuh.
d. Siswa beranggapan bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit.
e. Hasil nilai mid semester siswa kurang dari standar ketuntasan belajar, yaitu
nilai rata-rata 5,8 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 29%.
2. Kondisi Guru
Pemahaman mengenai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik masih
kurang sehingga dalam menilai hasil belajar cenderung hanya menggunakan
aspek kognitif saja sedangkan aspek kognitif dan psikomotorik belum tergali
secara optimal.
3. Kondisi Proses Pembelajaran
a. Model pembelajaran yang paling sering digunakan yaitu metode ceramah.
b. Komunikasi berjalan satu arah.
c. Sumber belajar yang tersedia memadai, seperti sudah adanya laboratorium,
perpustakaan, internet dan ruang kelas, namun kurang dimanfaatkan secara
optimal.
Keadaan di atas menyebabkan hasil belajar kimia siswa relatif rendah
sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk meningkatkan hasil belajar
kimia.
23.07
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) MENGGUNAKAN PRAKTIKUM APLIKATIF BERBASIS LIFE SKILL
Rating: