Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU PADA NEONATUS DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
A. Latar Belakang GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU PADA NEONATUS DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR

Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi diperkirakan masih berkisar 35 per 1000 kelahiran hidup atau 175.000 bayi meninggal setiap tahunnya sebelum mencapai usia 1 tahun, sedangkan salah satu sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi Menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup ( Maryunani & Nurhayati, 2009) Penyebab utama kematian neonatal pada umumnya adalah asfiksia lahir, pneumonia, dan infeksi. Pada asfiksia dapat menyebabkan serangkaian perubahan metabolic yang kompleks, terutama hipoksia jaringan, asidosis metabolic dan asidosis respiratorik ( hiperkapnea ) . Jika ini bertambah parah akan menyebabkan penurunan fungsi organ yang paling kritis jantung, sehingga pada tahap lanjut dengan curah jantung yang sangat rendah, darah sirkulasi paru yang dioksigenasi oleh pemompaan paru, tidak mampu mencapai sirkulasi koroner untuk mengatasi hipoksia miokardium. Selain itu sirkulasi ke otak menurun dengan resiko kerusakan hipoksia otak. Pada situasi ini tehnik resusitasi merupakan metode yang efektif dan diterima untuk memperfusi sirkulasi koroner dan serebral, jika sirkulasi koroner telah pulih dan frekuensi jantung kembali normal, sirkulasi paru dan sistemik lainnya akan mengikuti ( Drew et al, 2009 ) . Menurut Gregory dalam Marjono ( 2007) , Resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat jantung dan organ vital lain. sehingga petugas kesehatan pun dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan resusitasi yang baik, benar, cepat, dan tepat untuk mencegah terjadinya kematian pada neonatus. Dalam panduan American Heart Association and American Academy of pediatric ( 2005) , Pengetahuan teknik resusitasi neonatus yang terdiri dari : ( A. airway, awal langkah dalam stabilisasi ( membersihkan jalan nafas, positioning, merangsang ) , B. breathing dengan menggunakan ventilasi tekanan positif, C. Cirkulasi dengan penekanan dada dan D. Drugs atau obat-obatan dan volume ekspansi ) , yang benar dapat membantu menurunkan kematian neonatal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela di Cirebon pada ( 2004 - 2005) membuktikan, pelatihan resusitasi bayi baru lahir kepada perawat dan bidan baik itu bidan maupun perawat, mampu menurunkan angka kematian dari 5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 2,7 per 1000 kelahiran hidup. Artinya, mengurangi kematian sampai 46 persen dari 44.000 kelahiran setiap tahun, 900 bayi di antaranya mengalami kematian neonatal, 250 karena asfiksia. Karena itu sistem pelatihan kepada perawat dan bidan secara berkelanjutan perlu dilakukan di seluruh kabupaten di Indonesia agar angka kematian bayi akibat asfiksia dapat dicegah. Hal ini juga dipertegas oleh Rachimhadi ( 2009) yang mengatakan optimis angka kematian bayi ( AKB ) bisa ditekan melalui pembekalan dan pelatihan resusitasi neonatus kepada perawat dan bidan ditanah air. Pembekalan resusitasi neonatus bagi perawat dan bidan bertujuan mencegah terjadinya kegagalan saat membantu proses persalinan baik itu di Rumah sakit maupun di klinik. Perawat dan bidan dalam hal ini perawat maupun bidan harus disiapkan untuk menghadapi kegawatan pernafasan secara efektif. Walaupun intervensi resusitasi jantung paru pada neonatus mirip dengan yang dilakukan pada orang dewasa, terdapat variasi untuk bayi dan anak-anak. Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan harus dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal yaitu Pelayanan dasar baik persalinan yang aman dan bersih, Mempertahankan suhu tubuh dan mencegah hiportermia, Mempertahankan pernafasan spontan serta pelayanan khusus termasuk perawatan bayi kurang bulan dan pemberian resusitasi pada bayi yang mengalami gawat nafas ( Trihono et al, 2002) Angka kematian bayi di kota Makassar berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Makassar pada tahun 2007 sebanyak 119 kasus ( 0-1 tahun ) termasuk bayi lahir mati yang diantaranya terdapat 15 kasus dengan gangguan pernafasan, dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.132 kelahiran hidup atau terjadi 5 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup. sedangkan angka kematian bayi di RSIA Siti Fatimah Makassar didasarkan dari data yang diperoleh di bagian medical record RSIA Siti Fatimah Makassar dari bulan Januari – Desember 2009 jumlah total kelahiran hidup sebanyak 1861 jiwa sedangkan kematian perinatal sebanyak 80 jiwa yang dimana 56 jiwa Neonatorum, BBLR sebanyak 31 jiwa dan kelainan kongenital sebanyak 2 jiwa. Sebagai rumah sakit perawatan ibu dan anak RSIA Siti Fatimah Makassar juga menerima rujukan dari beberapa pelayanan kesehatan di Makassar, termasuk masalah-masalah kegawatan pada neonatus, bayi dan anak yang memerlukan perawatan yang lebih lanjut. Sehingga tindakan resusitasi pada neonatus yang dilakukan oleh perawat dan bidan sangat diperlukan. Selain itu kewenangan perawat dan bidan ini telah diatur dalam kebijakan rumah sakit standar prosedur dalam penanganan pasien neonatus, bayi dan anak yang mengalami kondisi kritis. Oleh karena itu perawat dan bidan harus mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan resusitasi yang baik agar dapat melakukan tindakan resusitasi secara efektif terutama pada saat kritis untuk mencegah kecacatan atau kematian. Dari uraian tersebut tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Gambaran pengetahuan perawat dan bidan tentang tehnik resusitasi jantung paru pada neonatus di RSIA Siti Fatimah Makassar

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas maka penulis ingin mengetahui “Bagaimana gambaran pengetahuan perawat dan bidan tentang Resusitasi Jantung Paru pada neonatus di RSIA Siti Fatimah Makassar“? meninggal diantaranya adalah Asfiksia

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN TENTANG RESUSITASI JANTUNG PARU PADA NEONATUS DI RSIA SITI FATIMAH MAKASSAR