A. Latar Belakang Masalah PAWANG DALAM FENOMENA TRANS PADA KESENIAN BARONGAN DI DESA BERBAK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA
Kesenian barongan merupakan salah satu kesenian tradisional yang diwariskan secara turun temurun. Kesenian barongan juga telah menyebar di berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Blora, Pati dan Demak. Barongan yang hidup di daerah lain masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat pendukungnya. Hal ini menjelaskan bahwa kehidupan seni tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat lingkungan pendukungnya. Demikian halnya seni barongan di Kabupaten Blora yang juga diwarnai oleh corak kebudayaan masyarakat pemiliknya, yang memiliki ciri khas tersendiri.
Kasenian Barongan pada umumnya sudah melekat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan upacara-upacara adat dan acara hajatan atau hari-hari besar nasional. Pada upacara adat atau sedekah bumi masyarakat sering menggunakan kesenian Barongan sebagai media untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menganugrahi kesejahteraan dan kemakmuran pada masyarakat desa. Pada acara hajatan seperti upacara perkawinan dan khitanan biasanya masyarakat juga menggunakan kesenian Barongan sebagai pemenuhan kebutuhan hiburan, bahkan juga pada peringatan hari-hari besar nasional masyarakat memeriahkannya dengan kesenian Barongan. Hal ini menandakan bahwa kesenian Barongan digemari masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, mulai anak – anak, remaja sampai orang tuapun ikut menyaksikan pertunjukan tersebut. Warga masyarakat juga berantusias mengikuti acara itu berjalan mengelilingi desa atau mengerumuni Barongan itu ketika ada acara peringatan hari besar yang dipusatkan di lapangan atau alun – alun. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesenian Barongan merupakan kebanggaan masyarakat pendukungnya tidak terkecuali masyarakat Kabupaten Blora sebagai seni pertunjukan yang murah meriah.
Kesenian Barongan adalah suatu bentuk tari rakyat yang sangat terkenal di daerah Jawa Tengah, dan biasa disajikan dalam bentuk drama tari atau fragmen yang ceritanya mengambil dari cerita Panji atau Menak, Barongan diwujudkan dalam bentuk harimau, singa atau raksasa. Pada umumnya tokoh Barongan merupakan tokoh yang berkarakter baik, dan bertindak melawan unsur kejahatan. Bentuk kesenian tradisional Barongan adalah gaya tari kelompok menirukan keperkasaan gerak seekor singa raksasa ( singa barong ) ( Intan, 2004: 2 ).
1
Kesenian Barongan adalah kesenian rakyat Jawa ( ceritera turun-temurun / gotek )yang berdasarkan informasi memang sudah populer sejak dari tahun 1890 sampai sekarang. Kesenian Barongan merupakan bentuk tarian yang menggunakan topeng besar yang berbentuk kepala harimau raksasa yang biasa disebut dengan nama singa barong. Barongan biasanya dimainkan oleh 2 ( dua ) orang penari, yang masing – masing bertugas di bagian depan sebagai kepala dan di bagian belakang sebagai ekornya,bisa juga dimainkan satu orang penari. Barongan ditampilkan dalam bentuk arak – arakan atau pawai. Juga dapat ditampilkan dalam bentuk drama Barongan yang sering disebut dengan Reog Barongan. Kesenian Barongan telah mengakar di masyarakat Kabupaten Blora. Hampir setiap kelurahan kesenian itu ada. Bahkan anak – anak di daerah Blora banyak bermain dengan menggunakan Barongan kecil sebagai alat permainannya, sambil menirukan gerak – gerak Barongan yang dilihatnya dalam upacara ritual maupun dalam bentuk tontonan. Kesenian Barongan diiringi oleh gamelan atau karawitaan yang berlaras slendro. Kesenian barongan memiliki urutan – urutan penyajian sebagai berikut : ritual sesaji, adegan sembahan, adegan penthulan, adegan reogan, adegan barongan, adegan lawakan, adegan jaranan dan adegan trans (Warsono, 2002:35 – 50). Pertunjukan kesenian barongan pada mulanya sering dilakukan oleh para seniman yang sudah lanjut usia atau memiliki pengalaman sebagai pembarong dalam waktu yang cukup lama. Dalam penyajian kesenian Barongan terdapat sebuah fenomena “ Ndadi “ dalam istilah populernya sering disebut dengan adegan trans.
Trans atau ndadi adalah kemasukan setan atau roh, orang yang kemasukan roh maka manusia tidak sadar lagi. Hal ini mengalami keadaan di luar kesadaran manusia kemudian tidak ingat apa-apa, seperti halnya penari barongan khususnya pada penari jaran dor yang mengalami kesurupan atau ndadi akan melakukan gerakan di luar kesadarannya, karena ia berada di alam lain dan penari telah dikuasai oleh roh yang masuk ke dalam tubuh penari melalui pawang. Dalam kepercayaan masyarakat jawa, kesurupan merupakan sesuatu yang di landasi adanya masuknya roh dalam diri seseorang di samping itu diperlukannya sesaji yang merupakan suatu cara untuk memuja roh melalui suatu barang atau benda. Hal ini mengingat kesenian barongan banyak sekali menggunakan gerakan atraktif atau akrobatik yang dianggap penuh dengan magic serta sulit diterima akal sehat. Salah satu contoh pemain barongan yang sudah kemasukan (kesurupan) disuruh memecah kelapa dengan menggunakan kepala, memakan kaca dan mematikan api dengan mulut dan lain sebagainya. Maka dari itu dalam setiap penyajian diperlukan seorang “pawang” atau tua – tua. Dalam hal ini pawang berfungsi sebagai penyembuh atau mengembalikan kesadaran seorang pemain jika terjadi trans (kehilangan kesadarannya). Untuk menjadi pawang yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam membacakan doa – doa atau mantra – mantra, diperlukan berbagai persyaratan dan kemampuan kekuatan batin yang didasari suatu ilmu kejawen yang tidak mudah cara memperolehnya. Apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki, misalnya ‘trans’ maka akan mudah cara mengobatinya dan tidak banyak mengalami hambatan. Kemampuan seorang pawang diperoleh dengan proses pewarisan atau proses transmisi dari nenek moyangnya dan itu sudah merupakan ciri khas dari sosok seorang pawang.
Mengenai persyaratan – persyaratan yang biasanya dilakukan oleh generasi terdahulu seperti puasa (nglakoni) agar penari barongan khususnya pembarong memiliki kekuatan batin, tetap diterapkan atau harus dilakukan oleh penari barongan meskipun pembarong tersebut masih berusia muda. Sehingga penari tidak mudah dikendalikan oleh kekuatan jahat yang sewaktu-waktu mempengaruhinya. Kadar atau ukuran dari kekuatan batin yang dimiliki oleh pembarong-pembarong muda atas bimbingan `pawang` lebih rendah dibandingkan dengan yang dimiliki oleh generasi-generasi yang terdahulu. Contohnya kekuatan batin yang dimiliki oleh pawang dapat digunakan untuk menyembuhkan penari-penari yang kesurupan, sedangkan kekuatan batin yang dimiliki oleh pembarong hanya digunakan untuk melindungi diri sendiri. Namun demikian hal tersebut sudah dianggap memenuhi syarat untuk memainkan barongan, disamping adanya ketrampilan dan ketangkasan dalam memperoleh gerak yang harus dimiliki oleh pembarong. Salah satu daya tarik pertunjukan Barongan terletak pada bagian ‘ trans’, apabila pertunjukan Barongan tidak disertai trans (ndadi) barangkali kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Kenyataanya memang para penonton menanti-nanti saat trans tersebut terjadi.
Apabila dicermati, fenomena trans pada pertunjukan Barongan dilakukan dua pihak yaitu pawang dan para peraga. Kehadiran pawang dalam setiap pertunjukan mutlak di pentaskan, mengingat proses terjadinya trans tergantung dari pawang. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa pawang di dalam pertunjukan Barongan memiliki kedudukan yang sangat sentral, karena tanpa kehadiran pawang maka daya tarik pertunjukan Barongan trans (ndadi) tidak dapat terlaksana.
Setiap kali ada pertunjukan kesenian Barongan senantiasa muncul bentuk
atraksi trans pada sebagian penarinya dan di pastikan pula banyak masyarakat yang menikmati sajian kesenian Barongan tersebut, dan terlihat pula
perkembangan kesenian Barongan yang masih mempertahankan eksistensinya.
Hal ini sangat menarik dan mendorong peneliti ingin lebih lanjut mengkaji
Pawang dalam Fenomena Trans pada Kesenian Barongan tersebut. Sehingga
pengetahuan dan wawasan terhadap kesenian tradisional bertambah baik.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimanakah proses menjadi seorang pawang
dan perannya dalam pertunjukan barongan di Desa Berbak Kecamatan Ngawen
Kabupaten Blora.
22.54
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: PAWANG DALAM FENOMENA TRANS PADA KESENIAN BARONGAN DI DESA BERBAK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA
Rating: