Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

PENGARUH TEKANAN GAS ARGON PADA PENUMBUHAN FILM TIPIS Ga 2 O DOPING Mn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
1.1 Latar Belakang PENGARUH TEKANAN GAS ARGON PADA PENUMBUHAN FILM TIPIS Ga  2 O  DOPING Mn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING

Galium oksida (Ga 2 O 3 ) merupakan bahan semikonduktor dengan celah pita energi lebar (Eg = 4,8 eV) berpotensi untuk aplikasi devais elektronik dan optoelektronik. Bahan dengan celah pita energi lebar ini lebih sulit untuk terjadinya eksitasi elektron secara termal dari pita valensi ke pita konduksi. Hal ini menyebabkan berkurangnya kebocoran arus dan bertambahnya stabilitas termal dalam suatu piranti karena tipe intrinsik konduksi lebih mendominasi pada temperatur tinggi (Zolnai, 2005). Bahan Ga statis 10= s 2 O 3 memiliki konstanta dielektrik ε berpotensial sebagai kandidat bahan dielektrik tinggi yang digunakan untuk meningkatkan unjuk kerja devais elektronik seperti sebagai bahan gate pada transistor efek medan (MOSFET). Ga dimanfaatkan sebagai sensor gas karena stabil pada temperatur tinggi (titik lebur 1740 o 2 O C) dan konduktivitasnya bergantung pada lingkungan atmosfir serta menunjukkan sensitivitas yang tinggi (Hoefer, U. et al, 2001). 

Selain itu untuk aplikasi devais optoelektronik Ga 2 O 3 3 seringkali dapat digunakan sebagai TCO (Tranparent Conductive Oxide) karena menunjukkan sifat transparan pada daerah panjang gelombang UV hingga 280 nm (Hosono, H. et al, 2002) dan sebagai devais TFEL (Thin Film Electrolumonescent) untuk display di ruang terbuka karena memiliki Material Ga 2 O 3 secara ekstensif telah digunakan untuk aplikasi sebagai luminescent phosphor, khususnya ketika didoping dengan atom-atom unsur tanah jarang (rare earth). Ga 2 O 3 merupakan oksida berstruktur kristal dengan derajat anisotropis tinggi yang mempunyai interkoneksi rantai tetrahedral dan oktahedral dengan membentuk “tunnel” yang lebar dalam kristal. Tunnel ini dipercayai memegang peranan penting dalam transport “hot electron” yang diperlukan untuk emisi electroluminescent (Ting, W.Y. et al, 2002). Ga 2 O 3 didoping dengan Eu akan menunjukkan luminesensi merah dan jika didoping Mn menampilkan luminesensi hijau. Mn merupakan salah satu unsur transisi yang berpotensi untuk aplikasi fosfor luminesensi, karena Mn memiliki “excellent luminescent center” untuk devais TFEL dimana level “shallow donor dan acceptor”nya sangat dalam (Gollakota, P., 2006). 
 Bahan Ga 2 O 3 telah ditumbuhkan dengan berbagai metode antara lain: MOCVD (Kim, H.W. and Kim, N.H., 2004), floating zone (Villora, E.G. et al, 2002), rf magnetron sputtering (Ogita, M. et al, 2001). Pada umumnya film tipis Ga 2 O 3 yang ditumbuhkan dengan berbagai teknik penumbuhan memiliki struktur kristal monoklinik (Marwoto, P., et al, 2006). Sifat-sifat film tipis yang dihasilkan ini berhubungan erat dengan struktur film yang terbentuk, dan struktur film tipis sangat bergantung pada parameter penumbuhan film seperti temperatur subsrat, laju alir gas, perlakuan annealing pasca penumbuhan dan tekanan parsial oksigen. Penumbuhan film tipis Ga 2 O 3 dengan menggunakan metode dc magnetron sputtering juga telah dilakukan dengan mengkaji pengaruh temperatur substrat, daya plasma, annealing pasca penumbuhan (Sjahid, N., 2005) dan variasi laju alir oksigen (Alfafa, M., 2007). Pengkajian sifat optik bahan Ga 2 O 3 yang didoping europium (Eu) juga telah dilakukan (Marwoto,P dkk, 2007 dan Maruly, I.D., 2007). 

Hasil penelitian Sjahid (2005) menunjukkan lapisan tipis Ga kristalinitas dan sifat optik yang lebih baik jika ditumbuhkan dengan temperatur substrat dan daya plasma yang optimal serta dengan perlakuan annealing selama proses penumbuhan. Pada penumbuhan Ga 2 O 3 2 O 3 dengan temperatur substrat 600 menunjukkan kristalinitas film yang lebih baik. Pemberian daya plasma yang semakin besar meningkatkan intensitas, dan menunjukkan orientasi kristal yang dominan pada bidang (0 1 7) serta menampakkan butiran yang lebih besar dan terdistribusi merata pada seluruh permukaan substrat dan film menjadi lebih tebal. Annealing dapat mengurangi derajat amorf dan meningkatkan kristalinitas lapisan tipis Ga 2 O 3 . Hasil penelitian Alfafa (2007) menunjukkan bahwa penambahan laju alir oksigen selama penumbuhan dapat meningkatkan kristalinitas dan sifat optik film tipis Ga 2 O 3 . Kualitas kristal dan sifat optik yang baik dicapai saat laju alir oksigen 150 mTorr dan celah pita optik diperoleh sebesar 3,4 eV. Hasil karakterisasi sifat listrik menunjukkan resistivitas film tipis Ga 2 O 3 memiliki meningkat dengan bertambahnya laju alir oksigen. Meningkatnya resistivitas atau turunnya konduktivitas fim tipis Ga 2 O 3 tipis Ga dipengaruhi oleh berkurangnya kekosongan oksigen dalam kisi kristal film 2 O 3 yang tumbuh. Film tipis Ga 2 O 3 dengan doping Eu (2% dan 5%) telah ditumbuhkan dengan metode dc magnetron sputtering (Marwoto, P., dkk, 2007 dan Maruly, I.D., 2007). Film Ga 2 O 3 ditumbuhkan dengan aliran gas oksigen pada temperatur o C 600 o C. Dari hasil analisis SEM dapat ditunjukkan film yang didoping Eu 2% lebih homogen dibandingkan dengan film yang didoping Eu 5%. Kehadiran atom Eu pada film tipis Ga 2 O 3 dapat memperhalus permukaan film, namun penambahan konsentrasi Eu tidak mengubah morfologi permukaan secara signifikan. Doping Eu 2% pada film Ga 2 O 3 menunjukkan adanya peningkatan reflektansi film, sedangkan doping Eu 5% menurunkan reflektansi film. 

Penumbuhan film tipis Ga 2 O 3 :Eu baik di atas silikon, gelas korning maupun ITO memperoleh spektrum absorbsi yang sama. Koefisien absorbsi film Ga 2 O 3 dengan doping Eu yang ditumbuhkan meningkat sebanding dengan kenaikan daya plasma yang digunakan selama penumbuhan. Karakterisasi photoluminescence (PL) menunjukkan film tipis Ga 5% mempunyai luminesensi lebih tinggi daripada Ga luminesensi Ga 2 O 3 2 O 3 2 O 3 :Eu :Eu 2%. Intensitas :Eu 5% terjadi pada panjang gelombang 603 nm yang memancarkan warna merah sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, sedangkan intensitas film tipis Ga 2 O 3 :Eu 2% berada di bawah intensitas Ga dimana puncak luminesensinya bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek yaitu 593 nm (2,1 eV). Struktur film tipis Ga 2 O 3 2 O 3 :Eu 5% :Eu menjadi rendah pada saat keadaan doping tinggi, karena akseptor Eu telah mengkompensasi kekosongan oksigen. Konsentrasi doping Eu pada film tipis Ga pada fraksi mol 2% (Maruly, I.D., 2007). 2 O 3 :Eu 2% optimum berada Film tipis ZnO:Al telah ditumbuhkan menggunakan dc magnetron sputtering dengan variasi tekanan gas argon (0,13 - 2,76 Pa) dan temperatur substrat (373 – 773 K) (Kwak, Dong-Joo, et al, 2004). 

Hasil XRD menunjukkan puncak difraksi menjadi lebih tinggi dan lebih tajam dengan berkurangnya tekanan gas argon. Kristalinitas film meningkat dan ukuran butiran kristal menjadi lebih besar pada tekanan argon lebih rendah. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan transfer momentum dari atom-atom tersputter menuju substrat selama penumbuhan. Pada temperatur substrat sampai dengan 673 K puncak difraksi XRD juga meningkat lebih tinggi dan menurun pada temperatur yang lebih tinggi. Bertambahnya temperatur substrat juga menyebabkan kristalinitas film meningkat dan ukuran kristal menjadi lebih besar. 10 -4 Resistivitas listrik terendah dari film ZnO:Al diperoleh dengan nilai 6,5 x Ω-cm pada tekanan argon 0,13 Pa dan pada temperatur substrat 673 K. Hal ini berhubungan dengan mekanisme konduksi yang mengindikasikan bahwa resistivitas ditentukan utama oleh mobilitas Hall dan konsentrasi pembawa muatan yang dipengaruhi oleh perubahan ukuran butiran kristal dan grain boundary scattering pembawa muatan. Transmitansi film meningkat dari 85 % sampai 91,46 % dan tepi optik bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek dengan berkurangnya tekanan gas argon (Kwak, Dong-Joo, et al, 2004). Sputtering merupakan proses penembakan partikel-partikel (atom-atom atau ion-ion) berenergi tinggi pada sebuah target sehingga atom-atom individu target memperoleh energi yang cukup tinggi untuk melepaskan diri dari permukaan target. Atom-atom yang tersputter terhambur ke segala arah, kemudian difokuskan pada substrat untuk membentuk lapisan tipis (Sudjatmoko, 2003). 
Gas argon murni (kemurnian 99,99%) umumnya digunakan sebagai gas sputtering yang mengalami proses ionisasi dan membentuk plasma (terdiri atas elektron, ion bermuatan positif dan molekul netral) pada tekanan parsial di dalam tabung plasma dalam orde 10 -3 Torr. Semakin banyak elektron dan ion-ion bermuatan positif yang menumbuk target maka semakin banyak atom-atom target yang tersputter menuju substrat untuk membentuk film tipis. Alasan digunakannya gas argon sebagai gas pensputter adalah berat atomnya relatif tinggi (Mr = 40), harganya murah, merupakan golongan gas mulia terbanyak di udara, termasuk gas mulia yang bersifat inert (sulit berikatan dengan unsur lain) dan mudah mengalami ionisasi. Penumbuhan dengan metode dc magnetron sputtering memberikan kemudahan dalam pengoperasiannya, tingkat deposisi tinggi, prosesnya stabil, dan biaya relatif murah. Pada penelitian ini difokuskan pada penumbuhan lapisan tipis Ga 2 O 3 doping Mn dengan variasi tekanan gas argon (Ar) sebagai gas pensputter yang menggunakan dc magnetron sputtering. 

1.2 Permasalahan
 Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji adalah bagaimana pengaruh tekanan gas Ar pada penumbuhan film tipis Ga Mn terhadap struktur dan sifat optik film yang terbentuk dengan metode dc magnetron sputtering. 2 O 3 doping sifat luminesensi yang baik (Minami, et al, 2003).

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: PENGARUH TEKANAN GAS ARGON PADA PENUMBUHAN FILM TIPIS Ga 2 O DOPING Mn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING