Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

Pengaruh Pemikiran Feminisme Terhadap Partisipasi Perempuan Dalam Revolusi Mesir

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
B. Latar Belakang Masalah Pengaruh Pemikiran Feminisme Terhadap Partisipasi Perempuan Dalam Revolusi Mesir

Perempuan di Dunia Arab termasuk Mesir, memiliki nasib tidak terlalu berbeda dengan daerah lain dari berbagai belahan dunia yang menganut tradisi patrilineal, telah sepanjang sejarah mengalami diskriminasi dan telah tunduk pada pembatasan mereka terhadap kebebasan dan hak dari berbagai aspek sosial, politik, maupun ekonomi. Beberapa dari praktik-praktik ini sering kali berdasarkan dari interpretasi dari sebuah keyakinan agama, interpretasi agama tersebut sering dijadikan sebagai alat legitimasi bagi laki-laki untuk memindas perempuan atas nama ketuhanan sehingga sulit untuk dihilangkan dari budaya di kawasan Dunia Arab yang masih sangat kuat pengaruh budaya keagamaanya. Selain itu banyak keterbatasan yang terjadi terhadap perempuan berasal dari budaya dan tradisi di kawasan Dunia Arab yang telah ribuan tahun bertahan di kawasan tersebut. Kendala-kendala utama yang membuat hambatan terhadap hak-hak perempuan dan kebebasan pada era modern ini, tercermin dalam hukum berurusan dengan peradilan pidana, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang masih sering mengaitkan dengan budaya lama, sehingga perempuan di Dunia Arab masih sering termarjinalkan. Dalam cerita tradisional arab yaitu kisah 1001 malam, yang di kenal sebagai cerminan budaya Dunia Arab sering mengaitkan perempuan hanya sebatas seorang budak belian, selain itu yang sangat erat kaitanya dengan perempuan adalah fitnah dan tipu daya. Bahkan salah satu kitab suci menyatakan “sesungguhnya tipu daya perempuan sangat besar” yang semakin menguatkan alasan bahwa tipu daya sudah merupakan tabiatnya.
karena kisah dan interpretasi dari ayat inilah yang menjadikan perempuan di Dunia Arab bersifat seperti kisah tersebut, dan terpaksa harus menuruti peraturan budaya yang membatasi ruang gerak mereka dengan dalih menghindarkan diri dari fitnah dan tipu daya. Selain itu disebutkan dalam sebuah hadist “Perempuan itu adalah aurat, maka apabila ia keluar,maka syetan membuatnya indah (dalam pandangan laki-laki).” 3 Sehingga munculah dalam paradigma budaya arab bahwa perempuan haruslah dikurung dalam dirumah untuk mengurusi suami, anak-anak, dan keluarganya. Perempuan tidak diperkenankan keluar rumah kecuali untuk hal-hal yang sangat penting sepeti sakit parah, bila itu terjadi perempuan diharuskan mengenakan pakaian yang sangat tertutup (biasa dikenal dengan sebutan cadar) dan harus dikawal seorang laki-laki dari keluarganya. 4 Dari aspek pendidikan perempuan juga masih jauh dibawah laki-laki, universitas al-azhar yang sering dijadikan symbol intelektual islam di Dunia Arab hanya dikhususkan untuk laki-laki. 5 Karena termarjinalkan dalam berbagai aspek inilah perempuan Dunia Arab dalam hal perpolitikan juga mengalami kemujudan, dalam budaya perpolitikan Dunia Arab yang dulu, perempuan tidak memiliki hak baik bersuara maupun memilih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, jika perempuan ingin berpendapat cukup memalui suami, selain itu perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin dari laki- laki. Dalam tinjauan sejarah tidak pernah ada seorang perempuan yang memimpin atau menjadi bagian dari kepemimpinan dalam sebuah kenegaraan, walau pernah Mesir pernah dipimpin seorang perempuan bernama Syajaratuddur pada masa dynasty bani abbasyah dengan khilafah al-munstanshir billah (khilafah ke-11 dinasty bani abbasyah) 6 , namun dengan alasan karena dia perempuan maka dipaksa mundur. Di sisi lain di Eropa maupun Amerika sedang berkembang pemikiran yang menuntut tentang hak-hak perempuan yaitu feminisme. Pemikiran feminisme pertamakali berkembang adalah di inggris pada awal abad 20 saat periode revolusi industri. Perkembangan feminisme periode awal merupakan perlawaan terhadap penindasan dan tuntutan atas kesetaraan sosial bagi perempuan yang dapat di identifikasi secara sah sebagai sifat dasar feminisme. Feminisme didefinisikan oleh chriss weedon sebagai usaha untuk menghadapi manistfetasi system patiarkal. Tuntutan awal dari feminisme adalah mengenai kesetaraan pendidikan dan pekerjaan, mereka menginginkan pendidikan bagi perempuan muda, guna mempersiapkan mereka agar bisa mandiri di sisi ekonomi, memberikan kebebasan dan martabat, tidak hanya mampu memikat laki-laki yang sudah mapan. 9
Seiring berkembangnya jaman, feminisme juga mulai berkembang tidak hanya fokus pada pendidikan dan pekerjaan saja, melaikan memasuki wilayah pembaharuan atas kesetaraan hak dalam ranah politik (hak berpendapat, bersuara, dan memilih), sosial dalam hukum perkawinan, 7 8serta peraturan moral seksualitas. 10 Memasuki era 1970-an, telah banyak muncul feminisme gelombang baru yang bersifat lebih radikal dalam mempaerjuangkan aspirasinya. Feminis dalam hubungan internasional bertujuan untuk memahami sifat ketidaksetaraan dan berfokus pada politik gender, hubungan kekuasaan dan seksualitas dalam arena Internasional. 11 Karena pemikiran feminisme inilah menyebabkan pergerseran budaya yang memaksa Dunia Arab memberikan hak yang lebih kepada kaum perempuan. Sebagai contoh di arab Saudi perempuan akan mendapat hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu seperti di kawasan arab saudi, walaupun hal tersebut baru empat tahun lagi bisa terlaksana. 12 perempuan Dunia Arab membuktikan mereka layak mendapatkan perhatian. Guncangnya sistem politik beberapa negara di kawasan yang memicu gerakan revolusi besar-besaran di Arab atau dikenal sebagai ‘Arab Spring’, menjadi sebuah kesempatan. Sejarah 13 dan peradaban Dunia Arab tidak bisa dipisahkan dari kaum perempuan. Begitu pula yang terjadi di Mesir. Merekalah yang berada di garis terdepan saat demonstrasi dan revolusi rakyat di Lapangan Tahrir, Kairo, hingga menjungkalkan diktator Mesir Hosni Mubarak pada 11 Februari lalu. Salah satu hal yang menyulut kemarahan perempuan di Mesir adalah perlakuan terhadap rekan- rekan mereka yang ditangkap saat terlibat dalam demonstrasi pada Maret lalu. Terdapat 18 aktivis perempuan yang ditangkap. Sebanyak 17 orang di antara mereka mendapat perlakuan tidak menyenangkan atau tak senonoh, termasuk dipaksa menjalani tes keperawanan. “Perempuan sengaja turun ke Lapangan Tahrir. Mereka ingin berpartisipasi dalam perencanaan revolusi”. Mereka telah membersihkan lapangan (Tahrir) dan merawat korban luka. Bahkan, mereka juga tewas saat orang- orang (demonstran) di lapangan ditembaki (tentara). 14 Dalam protes-protes yang lebih awal di Mesir, kaum perempuan terhitung hanya sekitar 10 persen dari seluruh demonstran, tetapi di Tahrir square mereka mencapai sekitar 40 sampai 50 persen pada hari-hari menjelang kejatuhan Mubarak. Kaum perempuan, dengan atau tanpa kerudung, berpartisipasi dalam upaya mempertahankan Tahrir square, mendirikan barikade-barikade, memimpin perdebatan-perdebatan, meneriakkan slogan-slogan, dan bersama dengan kaum pria, mempertaruhkan nyawa mereka. C. 15 Kehadiran tokoh senior feminisme asal mesir yaitu Nawal El Saadawi juga memberikan warna baru bagi kaum perempuan saat terjadinya revolusi mesir 2011 tersebut.

Pokok Permasalahan
Beradasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menarik sebuah pokok permasalahan dalam bentuk pertanyaan “Bagaimana pengaruh dari pemikiran feminisme yang berawal dari kawasan barat 1T terhadap partisipasi perempuan dalam revolusi Mesir 2011?”

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Pengaruh Pemikiran Feminisme Terhadap Partisipasi Perempuan Dalam Revolusi Mesir

0 komentar:

Posting Komentar