A. Latar Belakang HUBUNGAN ANTARA INDEKS PRESTASI LULUSAN AKPER PEMDA KABUPATEN WAJO DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD LAMADDUKKELLENG SENGKANG TAHUN 2010
Kualitas pelayanan profesional suatu Rumah Sakit dapat dilihat dari
kinerja rumah sakit tersebut
(
Winarti, 2005
)
. Kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(
Mangkunegara, 2001
)
.
Peningkatan kinerja disuatu Rumah Sakit merupakan gambaran dari
keseriusan berbagai pihak termasuk perawat dalam menjalankan proses
keperawatan kepada pasien secara optimal. Oleh karena itu, perawat diharapkan
dapat mendefinisikan, mengimplementasikan, dan mengukur perbedaan bahwa
praktik keperawatan harus dapat sebagai indikator terpenuhinya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang profesional dimasa depan
(
Nursalam,
2007
)
.
RSUD Lamaddukkelleng Sengkang merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan bagi mahasiswa Akper Pemda Kabupaten Wajo, maka data tentang
indeks prestasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan akan sangat bermanfaat. Data tersebut sampai saat ini belum
dimiliki oleh RSUD Lamaddukkelleng Sengkang
(
Administrasi RSUD
Lamaddukkelleng Sengkang, 2009
)
.
Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi yang terstruktur dan
sistematis terhadap kinerja lulusan Akper Pemda Kabupaten Wajo. Sehingga
belum ada acuan untuk penetapan kurikulum institusi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, akibat belum jelasnya kelompok mata kuliah mana yang
lebih relevan terhadap kinerja lulusan. Hasil penilaian kerja perawat di RSUD
Lamaddukkelleng Sengkang hanya terdapat dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan
(
DP3
)
untuk PNS, yang hanya dinilai dari pimpinan
(
Administrasi
RSUD Lamaddukkelleng Sengkang, 2009
)
.
Walaupun belum ada penelitian secara terperinci tentang kinerja perawat
lulusan Akper Pemda Kabupaten Wajo, namun ditemukan keluhan beberapa
perawat senior tentang kinerja lulusan. Menurut informasi yang didapatkan di
RSUD Lamaddukkelleng Sengkang kinerja perawat hingga kini masih kurang
baik. Perawat tersebut menunjukan sikap yang negatif terhadap standar kerja, dan
bersikap pasif terhadap prinsip-prinsip yang diyakini, serta melakukan usaha-
usaha yang minimal dalam mempertahankan kualitas kerjanya. Perilaku kerja
yang diperlihatkan perawat antara lain datang dan pulang sebelum waktunya,
meninggalkan ruangan saat jam kerja, kurang inisiatif melakukan pendekatan
kepada pasien, pendokumentasian asuhan keperawatan yang kurang optimal dan
kurang dapat bekerjasama antar teman sejawat
(
Administrasi RSUD
Lamaddukkelleng Sengkang, 2009
)
.
Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari RSUD Lamaddukkelleng
Sengkang, jumlah lulusan Akper Pemda Kabupaten Wajo tahun 2009, yang telah
bekerja di Rumah Sakit tersebut sebanyak 92 orang dengan rincian Pegawai
Negeri Sipil
(
PNS
)
32 orang, Pegawai Kontrak 26 orang, Pegawai Tidak Tetap
(
PTT
)
20 orang, serta Pegawai Sukarela 14 orang. Pegawai Negeri Sipil
(
PNS
)
rata-rata masa kerjanya antara 1-16 tahun, Pegawai kontrak masa kerjanya antara 3-5 tahun, Pegawai Tidak Tetap
(
PTT
)
dengan masa kerja antara 1-2 tahun. Serta
Pegawai Sukarela dengan masa kerja 6 bulan-1 tahun
(
Administrasi RSUD
Lamaddukkelleng Sengkang, 2009
)
.
Keberhasilan lulusan dalam menempuh pendidikan selama menjadi
mahasiswa secara umum dinyatakan dalam indeks prestasi
(
Depkes, 1999.
Dikutip Nursalam, 2007
)
. Selama 5 tahun ini telah dilakukan evaluasi terhadap
indeks prestasi lulusan Akper Pemda Kabupaten Wajo. Hasil dari evaluasi
tersebut, sebagian besar berpredikat memuaskan
(
Dokumentasi Akper Pemda
Kabupaten Wajo, 2008
)
. Dalam Laporan Pendidikan yang didapatkan, pada
wisuda V tahun 2008, Akper Pemda Kabupaten Wajo telah meluluskan 446
alumni: 348 orang dari program umum dan 79 orang dari program khusus. Dari
sejumlah lulusan selama 3 tahun terakhir, yang lulus dengan IPK berpredikat
dengan sangat memuaskan 20%, memuaskan 75%, dan cukup memuaskan 5%
(
BAAK Akper Pemda Kabupaten Wajo, 2009
)
. Dalam laporan pendidikan juga
didapatkan IPK tertinggi yaitu pada alumni tahun 2007 dengan nilai IPK 3,67
(
Daftar Nilai Alumni, 2008
)
.
Pasar kerja sendiri sering menyebutkan bahwa besarnya tingkat kegagalan
pada tes akademik merupakan bukti bahwa nilai Indeks Prestasi bukanlah
jaminan bahwa lulusan dengan nilai yang baik akan mampu bersaing. Kegagalan
psikotes umumnya diakibatkan kurangnya kemandirian para pelamar sehingga
belum siap menghadapi dunia kerja yang menuntut kemandirian dan kemampuan
menempatkan diri sendiri. Hal ini tentunya merupakan peringatan bagi perguruan
tinggi apakah sistem evaluasi yang hasilnya dituangkan dalam transkrip nilai
mampu mencerminkan kemampuan
(
pengetahuan, keterampilan, belajar, dan
bersikap
)
lulusannya
(
Sumarno, 2004
)
.
Dalam seminar nasional di Bandung mengatakan tidak ada hubungan
antara nilai indeks prestasi dengan keberhasilan seseorang dalam memperoleh
pekerjaan dan dalam kecakapannya bekerja
(
Suseno, 2004
)
. Kemampuan nalar,
kecerdasan, dan cara berfikir sistematis bisa tercermin dari nilai ijazah, akan
tetapi kemampuan menangani masalah, menyelesaikan masalah/konflik,
menghadapi beban kerja yang tinggi/stress, dan membuat prioritas tidak
tercermin dari nilai ijazah tetapi tercemin dari pengalaman dalam berorganisasi
dan dalam menangani banyak masalah (
Suharno, 2008
)
.
Hasil penelitian Nanang Dwi Ardi di Bandung tahun 2007 mengatakan
bahwa lulusan dengan indeks prestasi kumulatif
(
IPK)
tinggi cenderung egois
dan tidak dapat bekerja sama pada saat memasuki dunia usaha
(
Ardi, 2007
)
.
Sedangkan hasil penelitian Juliani di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara signifikan, prestasi tehadap
kinerja perawat pelaksana
(
Admin, 2007
)
.
Menurut Cokroaminoto
(
2007
)
mengatakan bahwa kemampuan
individual dan lingkungan kerja memiliki hubungan yang tidak langsung dengan
kinerja. Sedangkan hasil penilitian Marni Siregar di RSUD Swadana Tarutung
Tapanuli Utara tahun 2008 terhadap 152 pasien rawat inap berkaitan dengan
kinerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa sebanyak 65% menyatakan
perawat kurang perhatian, 53% mengatakan perawat sering tidak ada diruangan,
42% mengatakan perawat kerja tidak disiplin (
Admin, 2007
)
.
Ditempat kerjanya seorang perawat harus bertanggung gugat terhadap
pemberian perawatan yang berkualitas tinggi
(
Bastable, 2002
)
. Hal itu tentunya
tidak terlepas dari pendidikan tinggi keperawatan sebagai sarana mencapai
profesionalisme. Sesuai dengan hakekatnya sebagai pendidikan profesi, maka
kurikulum pendidikan tinggi keperawatan disusun berdasarkan lingkup konsep
pendidikan yang kokoh mencakup penguasaan IPTEK keperawatan,
menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap, tingkah laku dan kemampuan
profesional, belajar sendiri dan mandiri, serta belajar dimasyarakat
(
Nursalam,
2007
)
.
Sebagai langkah awal untuk melaksanakan hal tersebut diatas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian hubungan antara indeks prestasi lulusan
Akper Pemda Kabupaten Wajo dengan kinerja perawat di RSUD
Lamaddukkelleng Sengkang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara Indeks Prestasi lulusan Akper
Pemda Kabupaten Wajo dengan kinerja perawat di RSUD Lamaddukkelleng
Sengkang Tahun 2010?”
22.08
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: HUBUNGAN ANTARA INDEKS PRESTASI LULUSAN AKPER PEMDA KABUPATEN WAJO DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD LAMADDUKKELLENG SENGKANG TAHUN 2010
Rating: