Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

HUBUNGAN ANTARA KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN MENINGKATNYA TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MASKASSAR

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
A. Latar Belakang HUBUNGAN ANTARA KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN MENINGKATNYA TEKANAN DARAH  PADA WANITA USIA SUBUR DI  PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MASKASSAR
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah Visinya dari mewjudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera ( NKKBS ) menjadi Visi Untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluargan ( Saifudin, 2006) . Keluarga adalah salah satu diantara kelima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas. Visi tersebut dijabarkan dalam enam misi, yaitu : 1) memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, 2) mengggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, 3) meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4 ) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, 5) meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan Gender melalui program Keluarga berencana, dan 6 ) mempersiapkan sumber Daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut. ( Saifudin, 2006) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Buktinya, Indonesia dianugrahi “Population Award” oleh PBB dan ditunjuk sebagai pusat rujukan KB, kesehatan reproduksi penduduk ( Siswanto, 2006 ) . Di Sulawesi Selatan, pembangunan KB selama 3 dasawarsa khususnya dari aspek kualitas tidak dapat disangkal telah mewuwjudkan keberhasilan. hal ini terlihat dari menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Dari 1.56% tahun 2005 menjadi 1,77 % pada tahun 2006 dan 0,60 % pada tahun 2007. ( Profil Kesehatan Sulsel, 2007) . Tercatat bahwa sampai Desember 2007 peserta KB aktif ( PUS yang masih menggunakan salah satu kontrasepsi ) sebanyak 767,864 atau 62,23 % dari Pus sebanyak 1,2954.33 dimana dari 100 PUS yang ada terdapat 55 PUS yang ber- KB. ( Profil Kesehatan Kab/Kota 2007 ) . Berdasarkan data BKKBN Sulawesi Selatan keadaan peserta KB aktif dari tahun 2004 sampai 2007 terus meningkat ini terlihat dari jumlah pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi terus meningkat 86.658 atau 43,48 % tahun 2004, 96.334 atau 60,01 % tahun 2005,101.460 atau 60,62 % tahun 2006 dan 112.907 atau 66,01 % tahun 2007. sementara tahun 2008 sampai bulan September peserta KB aktif mengalami peningkatan dari 112.907 tahun 2007 menjadi 119.619 tahun 2008 atau 69,37 persen ( Profil Kesehatan Kab/Kota 2007) . Namum demikian, terlepas dari berbagai keberhasilan dan keuntungan Program KB tersebut ternyata kontrasepsi hormonal tidak terlepas dari berbagai kekurangan terutama yang berhubungan dengan efeknya terhadap kesehatan, Khususnya hormon yang terkandung dalam kontrasepsi tersebut bila digunakan dalam jangka waktu yang lama ternyata dapat menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan salah satunya adalah hipertensi .walaupun perubahan ini reverseible, tetapi kadang-kadang menetap meskipun obat telah dihentikan. ( Anna dkk, 2006) . Dari Studi Prosfektif yang dilakukan oleh Fisch dalam Anna, dkk ( 2006) didapatkan adanya peninggian tekanan darah sistolik dan diastolik pada pemakaian kontrasepsi hormonal. Dari laporan lain yang dikemukaan oleh Freser dalam Anna, dkk ( 2006 ) , bahwa salah satu dari jenis kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi oral ( KOK ) menyebabkan kurang lebih 4-5 % wanita normotensi menderita hipertensi dan meningkatkan tekanan darah pada kurang lebih 9-16 % wanita dengan hipertensi sebelumnya. Sementara resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuller meningkat 4-7 kali pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung 5 mikrogram Estrogen. Selain akibat penggunakan kontrasepsi hormonal, hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Umur, Obesitas, alkohol, rokok, dan faktor keturunan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Kassi- Kassi Bagian Pelayanan Keluarga Berencana jumlah akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi hormonal suntik, pil dan Implant adalah sebagai berikut : KB Suntik 238, KB Pil 85 dan implant 28 Akseptor. Adanya peningkatan penggunaan kontrasepsi hormonal dalam masyarakat, tentu berpengaruh terhadap meningkatnya kasus hipertensi. Berangkat dari permasalahan ini, penulis tertarik untuk meneliti “hubungan antara kontrasepsi hormonal pil dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur”

B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang yang peneliti telah kemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah “Adakah hubungan antara Kontrasepsi hormonal pil dengan kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Wilayah Puskesmas Kassi-Kassi ?”

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: HUBUNGAN ANTARA KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN MENINGKATNYA TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS KASSI-KASSI KOTA MASKASSAR