A. Latar Belakang Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali isi cerita yang diperdengarkan melalui media boneka tangan siswa kelompok B TK. Muslimat Islamiah Kramat Jegu
Pendidikan adalah adalah komunikasi, dalam arti bahwa dalam proses belajar mengajar terjadi penyampaian pesan yang berupa informasi dari guru sebagai komunikator dan murid sebagai penerima informasi atau komunikan. Namun, proses komunikasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar hanya dilakukan untuk menghasilkan satu efek yaitu meningkatkan pengetahuan siswa terhadap pelajaran atau informasi yang diberikan guru.
Proses komunikasi dalam pendidikan adalah bentuk komunikasi kelompok secara langsung dimana seorang komunikan yakni guru yang berada diruang kelas, bertatap muka dan menyampaikan informasi berupa meteri pelajaran kepada beberapa orang siswa. Namun, adakalahnya proses penyampaian materi pembelajaran oleh guru tidak berjalan efektif karena proses pembelajaran yang dilakukan tidak mampu membuat siswa menyukai materi yang disampaikan, sehingga siswa terkesan malas untuk mengikuti pembelajaran, pada akhirnya efek yang diinginkan yaitu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu hendaknya sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang guru yang bertindak sebagai komunikator di dalam kelas harus merencanakan segala hal yang berkaitan dengan penyampaian pelajaran kepada siswanya, baik dari segi penyampaian, metode maupun media yang digunakan. Melalui penyampaian yang bagus, penggunaan metode dan pemilihan media yang tepat maka akan menghasilkan proses kpembelajaran yang efektif.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Begitu juga yang terjadi pada jenjang pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) yang merupakan proses awal pembelajaran. Taman Kanak-Kanak merupakan pelatakan dasar-dasar pengetahuan, karena pada usia pra sekolah anak belum memiliki bekal pengetahuan sistematis yang pernah diajarkan kepadanya, kalaupun ada itu hanya berdasarkan pengajaran awal oleh orang tuanya. Oleh karena itu seorang guru di Taman Kanak-Kanak dituntut untuk mampu mengetahui kondisi anak didiknya, sehingga diharapkan guru yang bersangkutan mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat.
Pada usia pra sekolah proses pendidikan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar anak, meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani. Pengembangan kemampuan anak ini tentunya dilaksanakan dengan pelajaran dan pengetahuan-pengetahuan dasar anak tentang diri mereka, lingkungan tempat tinggal maupun kebiasaan-kebiasaan mereka.
Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak tujuan program kegiatan belajar TK adalah untuk membantnu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Moeslichatoen, 2004 : 3).
Salah satu kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak usia TK adalah kemampuan berbahasa. Karena Bahasa adalah kegiatan mental yang sangat esensial bagi manusia. Tanpa bahasa yang membuahkan ucapan, tulisan dan bacaan, tak ada komunikasi antar manusia. Anak sangat memerlukan penguasaan bahasa. (Setiabudhi, 2003:7). Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah alat komunikasi. Menurut Ricard (dalam Tarigan 1990:13) mengatakan bahwa komunikasi adalah pertukaran ide-ide, gagasan-gagasan, informasi dan sebagainya antara dua orang atau lebih.
Kemampuan berkomunikasi, berbicara dan berbahasa dapat diperoleh dimana saja dan kapan saja. Mulai dari lingkungan keluarga kecil, keluarga besar, lingkungan sekitar tempat tinggal, dan sekolah. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak usia dini secara formal dapat diperoleh di sekolah taman kanak-kanak (TK).
Pengembangan kemampuan berbahasa yang biasa dilakukan di taman kanak-kanak (TK) dilakukan melalui berbagai macam program pembelajaran yang mendukung kemampuan berkomunikasi tersebut. Salah satunya adalah mengadakan kelas mendongeng (bercerita). Selain mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi anak, bercerita juga memiliki nilai hiburan terhadap anak. Banyak aspek pendidikan yang terdapat dalam bercerita. Cerita mengajarkan banyak hal terutama mengenai pesan-pesan moral dan pengetahuan yang disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam cerita. Terbukti bahwa anak-anak akan terus mengingat tokoh-tokoh dalam cerita yang disampaikan, baik tokoh yang jahat maupun yang baik.
Selain itu cerita juga memiliki berbagai manfaat bagi anak diantaranya mengembangkan daya pikir dan imajinasi, kemampun berbicara, serta daya sosialisasi karena melalui cerita anak dapat belajar mengakui kelebihan orang lain sehingga mereka menjadi lebih sportif (geodesy.gb.itb.ac.id : 2007).
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode bercerita biasanya dimulai dengan penyampaian cerita oleh guru yang telah ditentukan baik tema maupun isi cerita yang disampaikan. Untuk itu guru dituntut agar mampu membawakan cerita dengan baik sehingga dapat dimengerti oleh siswanya. Selanjutnya pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan berupa tugas kepada siswa untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru ke depan kelas di depan teman-temannya. Metode pembelajaran semacam ini bertujuan untuk mengasah kemampuan berbahasa siswa.
Namun, tidak semua siswa mau dan mampu untuk maju ke depan kelas dan menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru, setidaknya permasalahan itulah yang terjadi pada siswa kelompok B TK Muslimat “Islamiyah” Kramat Jegu setiap kali diadakan pembelajaran dengan metode cerita. Siswa kelompok B terlihat kesulitan ketika diminta untuk menceritakan kembali cerita di depan kelas. Pemahaman terhadap cerita yang disampaikan terlihat sangat kurang, hal ini terlihat dari beberapa pertanyaan yang coba disampaikan oleh guru pengajar ketika selesai menyampaikan cerita. Mereka terlihat kesulitan untuk memahami tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, isi cerita apalagi pesan-pesan yang disampaikan dalam cerita.
Secara konkret kondisi di TK Muslimat Islamiyah Kramat Jegu dalam bercerita di depan kelas, dari jumlah 29 siswa yang sudah mampu bercerita hanya 11 siswa, jadi yang belum mampu sekitar 23 %.
Berdasarkan data-data inilah maka penelitian tindakan kelas ini kami lakukan dengan menggunakan media pembelajaran boneka tangan dengan cara bercerita. Harapan peneliti, dengan pembelajaran bercerita menggunakan media boneka tangan, siswa lebih bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sehingga akan tercipta suatu pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Dampaknya akan tercipta peningkatan kemampuan menceritakan kembali isi cerita yang telah disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini menjadi:
1. Bagaimana peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran bercerita melalui media boneka tangan?
2. Bagaimana aktifitas guru dalam pembelajaran bercerita menggunakan media boneka tangan dalam peningkatan kemampuan bercerita?
| Download File Lengkapnya... |
| Download File Lengkapnya... |
11.23
Unknown
No comments
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali isi cerita yang diperdengarkan melalui media boneka tangan siswa kelompok B TK. Muslimat Islamiah Kramat Jegu
Rating:
0 komentar:
Posting Komentar