A. Latar belakang Perbedaan Efek Teknik Pemberian Kompres Hangat Pada Daerah Axilla Dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Klien Demam di Ruang Rawat Inap RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik
(
feed
back
)
yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu yang
disebut titik tetap
(
set point
)
. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C.
Suhu tubuh adalah cerminan dari keseimbangan antara produksi dan
pelepasan panas. Keseimbangan ini diatur oleh pengatur suhu
(
termostat
)
yang
terdapat di otak -- tepatnya di hipotalamus. Pada orang normal, termostat ini
diatur pada suhu 36,5
0
C - 37,2
0
disebut hiperpireksia
(
Hartanto, 2003
)
.
C. Sedangkan bila kenaikan suhu lebih dari 41,2
Demam
(
pireksia
)
bukan penyakit, melainkan tanda bahwa di dalam tubuh
ada penyakit. Demam, apalagi bila terjadi pada anak, akan membuat bingung dan
panik orangtuanya karena anak jadi rewel, tak bisa tidur, tak mau makan. Ini
semua terjadi karena anak merasa tidak nyaman
(
Hartanto, 2003
)
.
0
C Terapi kompres adalah salah satu metode fisik turunkan suhu tubuh bila
anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Dulu pemakaian alkohol
untuk kompres rutin dilakukan bila anak demam. Hal ini dikarenakan sifat
alkohol yang mudah menguap, dan untuk menguap perlu panas yang diambil dari
tubuh penderita. Diharapkan, dengan kompres alkohol, panas tubuh akan
berangsur turun. Tapi kini, pemakaian kompres dengan alkohol sudah tak
dianjurkan lagi karena berbahaya bagi anak. Jika alkohol dibalurkan pada tubuh
anak, uapnya akan terhirup dan bisa menimbulkan gangguan pada susunan saraf
pusat (
Hartanto, 2003
)
.
Dulu juga sering digunakan kompres air es atau es batu untuk menurunkan
suhu tubuh. Pemakaian kompres seperti ini kini sudah mulai ditinggalkan karena
tidak efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak demam. Bila dikompres dengan
air dingin, suhu tubuh tidak turun, malah meningkat bahkan anak jadi menggigil.
Hal ini terjadi karena hanya membuat lingkungan luar saja yang dingin. Air
dingin juga membuat pembuluh darah tepi di kulit jadi mengecil atau mengalami
vasokontriksi -- panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit agar keluar
tubuh, terhalang. Terjadinya peningkatan produksi panas dan hambatan
pengeluaran panas akan mengakibatkan tubuh tambah panas. Kompres dingin
memang sudah tidak lagi dianjurkan untuk kasus demam, tapi masih kerap
digunakan untuk kasus luka memar (
Hartanto, 2003
)
.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya hanyalah perbandingan
antara pemberian kompres hangat dan dingin
(
Haryanto 2002
)
, Hasil penelitian
tersebut kompres hangat lebih efektif daripada pemberian kompres dingin.
Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka
terhadap panas dihipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal
yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh
darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas
melalui kulit meningkat
(
berkeringat
)
, diharapkan akan terjadi penurunan suhu
tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.
Selama ini yang sering dijumpai dalam perawatan pada klien febris
dengan peningkatan suhu tubuh hanya dilakukan dengan pemberian kompres
pada daerah tubuh yang memiliki aliran vena besar, seperti leher, ketiak
(
Axila
)
dan inguinal
(
lipatan paha
)
. Dimana sebelumnya, dilakukan dengan pemberian
kompres pada daerah dahi/kepala (
Tamsuri, 2006
)
.
Oleh karena itu, pada penelitian ini penggunakan kompres hangat sebagai
perlakuan, dengan membandingkan tempat pemgompresan pada daerah ketiak
(
axilla
)
dan daerah dahi. Daerah ketiak
(
axilla
)
terdapat vena besar yang
memiliki kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik dalam menurunkan
suhu tubuh dan sangat dekat dengan otak, di dalam otak terdapat sensor pengatur
suhu tubuh yaitu hipotalamus.
Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui
pemberian kompres air hangat pada daerah yang mana lebih efektif dalam
penurunan suhu tubuh pada klien febris, apakah pada daerah axilla atau daerah
dahi. Selama ini penelitian tentang pengompresan pada daerah ketiak dan dahi
masih sangat kurang sehingga hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian ini
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka rumusan
masalahnya adalah “apakah terdapat perbedaan efek teknik pemberian kompres
hangat pada daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada klien
demam di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar?”


Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Perbedaan Efek Teknik Pemberian Kompres Hangat Pada Daerah Axilla Dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Klien Demam di Ruang Rawat Inap RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Rating: