Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

Kemiskinan Diantara Petani

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
1.1 Latar Belakang Kemiskinan Diantara Petani
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting, yaitu: (1) berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan masyarakat; (2) menyumbang pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB); (3) menyerap tenaga kerja di pedesaan; (4) berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa; dan (5) berfungsi dalam pengendalian inflasi .
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani dan bekerja pada sektor pertanian (lihat Tabel 1). Petani itu sendiri adalah orang yang melakukan kegiatan produksi di atas sebidang (tanah) lahan dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak tanah (lahan) yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya (Rodjak, 2004). Melihat kenyataan ini, petani juga merupakan pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga, dimana tanahnya merupakan satu unit ekonomi dan rumah tangga (Wolf, 1985). Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (2006-2010), perbandingan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dengan sektor non pertanian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Berdasarkan data dari Tabel 1, perbandingan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih cukup jauh dibanding bidang-bidang lainnya. Ditinjau dari segi jumlah terlihat relatif tidak terlalu berubah drastis, namun dari segi persentase keseluruhan orang yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup jauh dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2006 jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 42,05% sedangkan tahun 2010 jumlahnya menurun hingga 38,35%. Penurunan ini cenderung diakibatkan oleh berpindahnya tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non pertanian karena dianggap sektor pertanian kurang menguntungkan. Meskipun sektor pertanian masih menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, namun mutasi pekerja pertanian ini menunjukkan sektor pertanian masih sangat labil dalam hal menyedot tenaga kerja itu sendiri terutama tenaga kerja muda.
Berkembangnya sektor non pertanian seperti sektor industri, perdagangan, perumahan (property) menggiring para pemilik lahan untuk berpikir melepas lahan yang mereka miliki untuk nantinya dikonversi ke sektor lain selain pertanian . Ditambah dengan kenyataan bahwa berusahatani menjadi kegiatan produksi yang memiliki karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko terhadap dinamika alam, bersifat biologis dan musiman, rentan rusak yang kesemuanya secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dapat menyebabkan kerugian . Oleh karena itu, petani mulai berpikir rasional dan berorientasi ekonomis untuk melepas lahan yang dimilikinya.
Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usahatani yang berdampak pada tidak seimbangnya pola pendapatan dan pengeluarannya. Sekitar 70 persen petani padi di Indonesia terutama petani-petani gurem yaitu petani yang mempunyai luas lahan kurang dari 0,5 ha diklasifikasikan sebagai masyarakat miskin berpendapatan rendah (Suryana dkk, 2001). Petani kaya dapat menyimpan hasil panen untuk kemudian dijual sedikit demi sedikit pada waktu diperlukan sedangkan petani gurem (tidak berlahan dan penguasaan lahan sempit) masih kesulitan untuk menyimpan hasil (Mubiyarto, 1989). Hal tersebut membuat petani sulit dalam hal akumulasi modal dikarenakan minimmya tabungan atau simpanan.
Kemiskinan petani, terutama petani padi, sudah terekam lama. Setelah krisis, nilai tukar petani terus merosot. Artinya, perbandingan harga yang diterima dan dibayarkan petani kian menurun. Ini menjadi petunjuk, kesejahteraan mereka kian merosot dan miskin . Dari gambaran pola pendapatan petani, terlihat bahwa produktivitas padi yang meningkat belum dapat menyejahterakan petani kecil (yang kepemilikan lahannya kurang dari 0,7 ha dan apalagi petani penggarap). Dalam sistem usahatani berbasis padi di Indonesia saat ini, rendahnya pendapatan petani padi bukan karena faktor teknologi, produktivitas, atau harga gabah, tetapi karena skala usahanya yang terlalu kecil atau luas garapannya yang terlalu sempit .
Semakin berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian dan ditambah dengan semakin sempitnya lahan yang bisa diusahakan untuk pertanian, membuat tingkat pendapatan petani menjadi semakin kecil, sehingga tingkat kesejahteraan petani pun banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut juga semakin parah dengan tidak didukungnya oleh akses permodalan, akses pasar, kualitas sumber daya manusia serta pemanfaatan teknologi yang memadai.
Desa Cibitung adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk 1.734 jiwa dan memiliki penduduk usia kerja sebanyak 1.406 jiwa. Desa Cibitung merupakan desa di Kecamatan Buah Dua yang mayoritas penduduknya adalah petani dengan komoditas yang diusahakannya adalah padi sawah. Dari luas desa sebesar 736.287 ha, 92 ha diantaranya adalah lahan padi sawah.
Desa Cibitung memiliki 2 kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Cibitung dan Kelompok Tani Cibentar dimana Kelompok Tani Cibitung menggarap lahan seluas 60 ha sedangkan Kelompok Bentar lahan garapannya seluas 30 ha. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Bapak Uhin selaku Ketua Kelompok Tani Cibitung, luas lahan pertanian yang sempit di Desa Cibitung menjadikan para petani pemilik lahan mengalihkan operasional usahataninya kepada petani penggarap, penyewa dan juga buruh tani. Banyak petani yg luas penguasaan lahannya kurang dari 0,5 ha sehingga para petani tersebut harus bertahan dengan jumlah produksi yang rendah. Produksi yang rendah akan berdampak pada pendapatan yang rendah sehingga menyulitkan para petani dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Apabila diperhatikan sepanjang jalan dari jalan raya besar melewati jalan utama Kecamatan Congeang sampai jalan utama Kecamatan Buah Dua, akses jalan menuju Desa Cibitung dapat dikatakan cukup baik, dan bisa dilihat sepanjang jalan tersebut berjajar rumah-rumah yang terbilang besar dan bagus yang mana sebagian besar pemilik rumah tersebut adalah petani. Sedangkan apabila dilihat sebagian besar rumah petani di Desa Cibitung dapat dikategorikan menengah ke bawah. Kemudian timbul beberapa pertanyaan, dengan keadaan di lingkungan sekitar yang tidak begitu jauh, apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan kesejahteraan petani dan petani seperti apa yang masih bertahan saat ini. Disaat perkembangan kemajuan di sektor pertanian, bagaimanakah keadaan sosial ekonomi petani pedesaan pada saat ini.
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik personal petani miskin di desa
2. Bagaimana faktor-faktor penyebab petani menjadi miskin di desa
3. Bagaimana strategi bertahan hidup petani miskin di desa

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Kemiskinan Diantara Petani

0 komentar:

Posting Komentar