Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum) DI KECAMATAN SUMBANG

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
A.Latar Belakang EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum) DI KECAMATAN SUMBANG

Indonesia merupakan negara agraris, sehingga sektor pertanian sangat penting dalam menunjang perekonomian negara. Peranan sektor pertanian sebagai penyedia pangan, sumber bahan baku industri dan memberikan kesempatan kerja. Pembangunan sektor pertanian dapat meningkatkan taraf hidup petani dengan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi. Menurut Mubyarto (1994), bahwa tingkat pendapatan petani merupakan tanda tercapainya kesejahteraan masyarakat, sehingga dengan pembangunan pertanian maka taraf hidup petani dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani. Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan sektor pertanian adalah dengan pengembangan pertanian hortikultura. Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein dan karbihodrat. Hortikultura sebagai bahan pangan cukup penting bagi kebutuhan pangan masyarakat di samping beras, sehingga untuk kebutuhan nasional perlu ditingkatkan produksinya. Konsumsi terhadap produk hortikultura terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk, peningkatan pendapatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Hal ini merupakan alasan bahwa pertanian hortikultura sudah saatnya mendapatkan perhatian yang serius terutama menyangkut aspek produksi dan pengembangan sistem pemasarannya. (Sugiarti, 2003)

Salah satu tanaman holtikultura adalah cabai merah. Periode 2000 – 2009 mengalami peningkatan ekspor yang cukup signifikan, namun pergerakan ekspor masih naik turun dimana volume ekspor cabe kering tersebut rata – rata berada dalam kisaran 400 ton. Sementara impor cabe rata-rata mencapai 2.700 ton. Besarnya kesenjangan antara ekspor dan impor menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi ketergantungan impor dari pasokan cabe dalam negeri dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas cabe yang dihasilkan. Di Indonesia hanya terdapat dua pulau yang signifikan produksinya, yaitu pulau Sumatera dan Jawa. Di pulau Jawa, propinsi Jawa Timur yang produksinya paling banyak, sementara Jawa Tengah hanya menempati urutan kedua (Tinjauan Sosial Ekonomi Komoditas Cabe Indonesia, PSE, 2010).
Kecamatan Sumbang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas yang merupakan sentra produksi cabai merah. Tanaman cabai mudah diusahakan, karena dapat memanfaatkan lahan tegalan, pekarangan maupun sawah tadah hujan. Peningkatan produksi cabai dalam memenuhi permintaan konsumen dan untuk meningkatkan taraf hidup petani cabai melalui peningkatan produksi dan menempatkan petani sebagai produsen tidak dapat dilepaskan dari cara budidaya cabai itu sendiri. Salah satu cara budidaya yang dapat dikembangkan oleh petani di Kecamatan Sumbang pada saat ini adalah dengan menggunakan mulsa plastik. Penggunaan mulsa plastik ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan penggunaan sumber alam dapat digunakan secara efisien (Sugiarti, 2003). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas (2006) produktivitas cabai merah di Kecamatan Sumbang dari tahun 2000 sampai 2006 mengalami naik turun. Produksi cabai merah di Kecamatan Sumbang pada tahun 2000 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Produktivitas cabai merah di Kecamatan Sumbang tahun 2001 paling rendah karena adanya serangan hama seperti ulat, tungau merah dan penyakit busuk buah serta gugur daun. Hal ini menyebabkan buah dan daun membusuk kemudian gugur perlahan. Produktivitas mencapai angka paling tinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu 10,40 ton per hektar dengan luas 11 hektar. Pada kenyataannya perubahan harga yang terjadi sangat berpengaruh terhadap keinginan petani untuk berusahatani. Apabila harga jual panen rendah maka pendapatan mereka pun tidak dapat untuk membeli faktor produksi dalam jumlah sebelumnya untuk menanam cabai pada musim berikutnya, sehingga mereka memilih untuk tidak menanam kembali karena mereka tahu hasilnya akan merugi. Harga jual yang tinggi merangsang petani untuk berproduksi lebih banyak lagi karena hasilnya akan menguntungkan, walaupun kadang pihak konsumen dirugikan (Setiadi, 2005). Harga cabai merah di Kecamatan Sumbang pada tahun 2001 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 2, Selain faktor harga yang mempengaruhi keinginan petani untuk menanam cabai merah, faktor alam juga berpengaruh terahdap keinginan petani untuk menanam cabai merah. Pada musim penghujan, tanaman cabai biasanya mengalami busuk buah, sehingga hasil produksi cabai juga akan mengalami penurunan. Selain hal tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah berbagai macam serangan hama pada tanaman cabai yang dapat mengakibatkan penurunan produksi.

B. Identifikasi Masalah
Kecamatan Sumbang merupakan sentra tanaman cabai di Kabupaten Banyumas. Setiap petani cabai merah mempunyai tujuan untuk mendapatkan hasil dari proses produksi tersebut, namun demikian dalam melakukan kegiatannya ada beberapa kendala yang menjadi penghambat kelancaran produksi, diantaranya adalah kepemilikan lahan yang terbatas, biaya produksi yang terus meningkat serta modal yang terbatas, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan petani dari usahatani tersebut.
Kegiatan usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen) yang terbatas, tujuan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil usahatani yang sesuai dengan kehendak petani dalam meningkatkan pendapatan, menghindari risiko yang mungkin terjadi dan menggunakan sebaik-baiknya dana investasi yang dimiliki dan terbatas jumlah maupun kualitasnya untuk dialokasikan sebagai anggaran masukan pemakaian faktor produksi.
Salah satu kinerja usahatani yang sering menjadi indikator adalah efisiensi, baik efisiensi teknik, alokatif masukan maupun keluaran. Pencapaian efisiensi teknik yang tinggi sangat penting dalam upaya meningkatkan tingkat kompetitif dan keuntungan suatu usahatani, termasuk dalam usahatani cabai merah. Efisiensi teknik merupakan salah satu komponen dari keseluruhan efisiensi ekonomi. Akan tetapi, suatu usahatani baru dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika efisiensi teknik telah dicapai. Kumbhakar dan Lovell (dalam Setiadi, 2005) mengatakan bahwa ada tiga cara memaksimumkan keuntungan dari suatu usahatani. Cara pertama yaitu memaksimumkan keluaran (produksi) pada penggunaan masukan tertentu atau sering disebut efisiensi teknik. Kedua, keuntungan maksimum dapat diperoleh melalui kombinasi masukan yang sesuai pada tingkat harga masukan tertentu (efisiensi alokatif masukan). Cara ketiga adalah dengan menghasilkan kombinasi produksi yang tepat pada tingkat harga produksi tertentu (efisiensi alokatif produksi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani cabai merah di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknik yang dicapai oleh petani di lokasi penelitian. Setelah diketahui tingkat efisiensi teknik dan faktor-faktor yang mempengaruhi, maka akan dapat dirumuskan upaya untuk peningkatan efisiensi dan pendapatan petani cabai (Sukiyono, 2005 : 176). Selain itu penggunaan faktor produksi belum optimal karena terdapat indikasi penggunaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Misalnya untuk faktor produksi tenaga kerja, ada kemungkinan terjadi kelebihan curahan waktu kerja yang selama ini kurang diperhitungkan petani.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Berapa besar biaya dan pendapatan usahatani cabai merah hot and beauty dalam satu kali musim tanam ?
2. Bagaimana pengaruh faktor produksi lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kompos, pupuk buatan dan pestisida terhadap hasil produksi usahatani cabai merah hot and beauty di Kecamatan Sumbang?
3. Apakah penggunaan faktor produksi lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kompos, pupuk buatan dan pestisida pada usahatani cabai merah hot and beauty di Kecamatan Sumbang sudah efisien?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk :
1. Menghitung besarnya biaya dan pendapatan usahatani cabai merah hot and beauty.
2. Menganalisis pengaruh faktor produksi lahan, tanaga kerja, benih, pupuk kompos, pupuk buatan dan pestisida terhadap hasil produksi usahatani cabai merah hot and beauty di Kecamatan Sumbang.
3. Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi lahan, tanaga kerja, benih, pupuk kompos, pupuk buatan dan pestisida pada usahatani cabai merah hot and beauty di Kecamatan Sumbang.

Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum) DI KECAMATAN SUMBANG