A. Latar Belakang Masalah Peranan Pesantren Salafi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Untuk Santri Parappe Kec. Campalagian, Kab. Polman
Dalam mempersiapkan kualitas pendidikan untuk mencapai masyarakat madani, tantangan terhadap partisipasi aktif dunia pendidikan semakin besar. Peran lembaga pendidikan Islam, tidak saja dituntut untuk mengkristalisasi semangat ketuhanan sebagai pandangan hidup universal, lebih dari itu, lembaga pendidikan harus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dinamika hidup yang semakin cepat, dan umat manusia sebagai subjek dan objek kehidupan, begitu terpesona akan keberhasilannya melakukan eksploitasi sains dalam menjalankan profesi cita-cita hidupnya. Aktualisasi teknologi dan pemakaiannya yang makin meluas, meretas sistem transformasi dan komunikasi yang canggih. Kemajuan ini mengakses teknologi informasi ke dalam ranah kehidupan umat manusia-menggiring masyarakat kosmos ke dalam lingkungan global yang tanpa sekat, melebur menjadi banyak negara menjadi sebuah desa, karena batas-batas geografi semakin tipis.
Ajaran Islam dengan jelas menunjukkan adanya hubungan organik antara ilmu dan iman. Hubungan organik itu kemudian dibuktikan dalam sejarah Islam klasik, ketika kaum muslim memiliki jiwa kosmopolit yang sejati. Atas dasar tersebut, umat Islam membangun peradaban dalam arti yang sebenar-benarnya yang juga berdimensi universal. Sebab, pada dasarnya, Islam itu dibawa dan membawa pada kemajuan dan bukan sebaliknya. Sejarah telah membuktikan, Islamlah yang membawa pada zaman kekuatan dan kegemilangan.
Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, Islam bersifat universal dan mencakup segala aspek kehidupan manusia. Konsep itu menuntut bahwa, umat Islam harus pro-aktif dam berdialektika dengan kemajuan zaman. Jika tidak, akan tergilas oleh perubahan, dan umat Islam masa kini tidak mampu membuktikan agamanya sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Menurut Abuddin Nata, bahwa tidak akan mungkin ada kemajuan dan keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut jika tidak ada sistem yang unggul yang bergerak di dalamnya.
Lembaga pendidikan yang masih tetap konsisten dengan budaya lokal adalah pondok pesantren. Akan tetapi, kekurangan pondok pesantren pada umumnya ialah mereka kurang melihat wawasan masa depan yang lebih mendunia, pesantren lebih memperkuat-sering disebut ilmu akhirat. Walaupun penilaian terhadap pesantren tersebut tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, tetapi pernyataan ini minimal bisa dijadikan sebagai cerminan bahwa pesantren perlu bangkit dalam menjawab tuntutan zaman. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang satu-satunya diharapkan bisa “membendung” pengaruh dari luar, harus mampu beradaptasi dan bersosialisasi diri dengan dunia luar.
Sebagai pengembang risalah Tauhid di alam ini. Karena pondok pesantren merupakan aset dan khazanah peradaban umat Islam harus tampil sebagai “Benteng” dalam menghadapi peradaban Barat. Olehnya itu pondok pesantren tetap bisa eksis dalam dunia persaingan, apabila tersusun intropeksi dan prospeksi serta proyeksi ke depan dalam membentuk sistem pendidikan. Karena eksistensi pondok pesantren masa depan sangat ditentukan oleh kemampuannya berintegrasi secara cultural dengan sistem Internasional, yang ditandai dengan tata hubungan yang semakin rasional, dinamis dan kompetitif.
Pesantren diharapkan dapat memberikan respons atas tuntutan era mendatang yang meliputi dua aspek, universal dan nasional. Aspek universal yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan dalam skala nasional yaitu pembangunan di Indonesia. Bahkan peran pesantren semakin besar peranannya dalam memberikan landasan moral dan etika pada proses pembangunan yang sedang berjalan.
Al-Qur’an dan Al-hadits sama-sama menempati posisi terhormat bagi umat Islam. Al-Qur’an sebagi urutan pertama sebagai sumber hokum, kemudian disusul dengan Al-hadits lalu disusul kitab kuning, terutama yang ditulis ulama klasik. Kitab kuning merupakan sebuah dokumen intelektual keislaman, sebuah khasanah Islam yang berisi beragam pendapat para ulama, memuat teks-teks Al-Qur’an beserta tafsir yang dikemukakan sejak sahabat sampai tabi’in, menampung berbagai penjelasan status hadits, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, berangkat dari pembahasan yang dipaparkan di atas, menjadi sentral dalam menelaah peranan pesantren as-salafi dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning untuk santri Parappe Kecamatan Campalagian.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penulisan skripsi ini adalah “Seberapa jauh Peranan Pesantren As-Salafiyah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning untuk Santri Parappe Kecamatan Campalagian”. Masalah pokok di atas, dapat dijabarkan ke dalam sub pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pembelajaran pada pondok pesantren as-Salafiyah pada santri?
2. Bagaimana peranan pondok pesantren As-Salafiyah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning pada santri Parappe Kec. Campalagian?
11.14
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Peranan Pesantren Salafi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Untuk Santri Parappe Kec. Campalagian, Kab. Polman
Rating: