A. Latar Belakang FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FEBRIS PADA KLIEN POST OPERASI HARI PERTAMA BEDAH MAYOR DEWASA DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA MAKASSAR
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka
informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Dokumentasi proses keperawatan merupakan sarana
komunikasi antara perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan. Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal
tentang pemberian asuhan keperawatan secara lebih spesifik. Dokumentasi
berfungsi sebagai sarana komunikasi antara profesi kesehatan, sebagai sumber
data untuk pemberian asuhan keperawatan, dan sumber data untuk penelitian(Hidayat, 2002)
.
Dokumentasi dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan
keperawatan dan catatan perkembangan pasien. Dokumentasi sangat penting
untuk seorang pasien, apalagi bagi pasien sedang mendapatkan pelayanan
intensif. Hal ini disebabkan karena kondisi pasien perlu diketahui secara
berkesinambungan untuk mengetahui perkembangan dan keadaan penyakit
pasien (Nursalam, 2003).
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
pemerintah menyusun standar pelayanan di rumah sakit yang diberlakukan
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
436/MENKES/SK/VI/1993 dan standar asuhan keperawatan yang diberlakukan
melalui SK Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993.
Standar tersebut berlaku dimanapun asuhan keperawatan dilakukan dan
berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau, dan menyimpulkan
apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit
sudah sesuai dengan standar yang ada. Namun pada kenyataannya sesuai
dengan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, di
Makassar masih banyak rumah sakit yang tidak mempunyai standar
operasional prosedur yang sesuai dengan standar yang diberlakukan oleh
departemen kesehatan, terutama rumah sakit RSIA Siti Fatimah
(Departemenkesehatan RI 2001)
.
Penelitian tentang penerapan dokumentasi yang pernah dilakukan di
ruang Pavilium Vinolia dan ruang Dahlia RSUD kota Yogyakarta sudah baik
dengan persentase rata-rata aspek yang terdiri dari pengkajian 87,57%,
diagnosa 79,47%, perencanaan 64,72%, tindakan 87,64%, dan evaluasi
79,73%, dan dari aspek asuhan keperawatan sebesar 79,07%. Dan rata-rata
secara umum kualitas dokumentasinya adalah 79,70%. Standar
pendokumentasian yang diterapkan di RSIA Siti Fatimah adalah sudah
berpedoman pada NANDA namun untuk penerapan pendokumentasiannya
belum maksimal, dan belum berstandar pada peraturan menteri kesehatan RI.
Data jumlah perawat yang didapat di Rumah sakit RSIA Siti Fatimah Makassar
adalah sebanyak 48 orang dan jumlah tersebut belum seluruhnya masuk, dan
data mengenai jumlah tempat tidur yang ada di ruang nifas di dapatkan
sebanyak 48 tempat tidur. Dari sekian jumlah tempat tidur yang ada di ruangan
tersebut terdiri dari pasien post Seksio sesaria, persalinan normal, Vakum dan
pasien Episiootmi, maka dari sekian data tersebut peneliti tertarik mengangkat
contoh kasus dengan pasien perdarahan post Seksio Sesaria (SC)untuk
melakukan pendokumentasian. Misalnya jika pasien Seksio Sesaria terjadi
perdarahan maka dapat terjadi kehilangan cairan yang berlebihan sehingga
dapat menimbulkan terjadinya dehidrasi berat dimana pasien bisa syok sampai
terjadi kamatian. Dari data tersebut diatas maka sangatlah penting untuk
dilakukan pendokumentasian dengan baik. Namun dari hasil observasi peneliti
memperlihatkan tingkat kemampuan pendokumentasian perawat/bidan
sangatlah minim disebabkan oleh karena tidak pernah dilaksanakan pelatihan
khususnya untuk pendokumentasian itu sendiri. Sebagai contoh pengkajian
tidak dilakukan secara spesifik, Tetapi pada kenyataan pendokumentasian
hanya dianggap sebagai suatu yang tidak bermakna, tidak sadar akan
pentingnya dokumentasi. Maka dari itu perlunya suatu pendokumentasian
dilakukan agar pasien dapat ditangani secara mandiri, kolaboratif dan cepat.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
pendokumentasian di Ruang rawat inap RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun
2009.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat hubungan antara fungsi manajemen dengan penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan?
2. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan?
3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi dengan penerapan dokumentasi
asuhan keperawatan?
4. Apakah terdapat hubungan antara beban kerja dengan penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan?
21.55
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FEBRIS PADA KLIEN POST OPERASI HARI PERTAMA BEDAH MAYOR DEWASA DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA MAKASSAR
Rating: