A. Latar Belakang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Kristen Elim Makassar
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa dan
relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka
harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling
bertentangan. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak. Masa yang
penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru.
Di usia muda proses menjadi manusia dewasa terus berlangsung, sayangnya
banyak di antara para remaja tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan ke hal-hal negatif
seperti seks di luar nikah, narkoba, dan merokok.
Pengaruh informasi global
(
paparan media audiovisual
)
yang semakin
mudah diakses justru memancing anak remaja mengadaptasi kebiasaan-
kebiasaan tidak sehat seperti merokok. Hal ini disebabkan oleh karena rasa
ingin tahu dari remaja kadang tidak disertai pertimbangan rasional yang
cukup tentang akibat yang ditimbulkan. Mereka mencoba dan terjerumus di
dalamnya.
Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Sejumlah
studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun
(
Smet, 1994)
.
Oskamp dalam Nasution
(
2007)
merumuskan bahwa setelah mencoba
rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan
seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan penerimaan.
Sedangkan Graham dalam Aritonang
(
1997
)
menyatakan bahwa efek positif
dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu
individu dalam mengahadapi masalah yang sulit.
Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin
meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan
meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan
mereka mengalami ketergantungan nikotin. Parrot,
(
2004
)
menyatakan efek
dari merokok hanya meredakan kecemasan selama efek nikotin masih ada,
malah ketergantungan nikotin dapat membuat orang bertambah stress.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sirait, at, al,
(
2001)
bahwa perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan, dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi
perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15-19 tahun. Remaja laki-laki
pada umumnya mengkonsumsi 11-20 batang/hari
(
49,8%
)
dan yang
mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar
(
5,6%
)
. Yayasan kanker
Indonesia
(
YKI
)
menemukan 27,1% dari 1961 responden pelajar dari
SMA/SMK sudah mulai atau bahkan sudah terbiasa merokok, umumnya
siswa kel;as I menghisap 1-4 batang /hari, sedangkan siswa kelas 2 dan 3
mengkonsumsi rokok lebih dari 10 batang/hari.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parrot
(
2004)
mengenai hubungan antara stress dengan merokok yang dilakukan pada
orang dewasa dan pada remaja menyatakan bahwa ada perubahan emosi
selama merokok. Merokok dapat membuat orang yang stress tidak menjadi
stress lagi, perasaan ini tidak akan lama, begitu selesai merokok, mereka
akan merokok lagi untuk mencegah agar stres tidak terjadi lagi, keinginan
merokok kembali timbul karena ada hubungan antara perasaan negatif
dengan rokok, yang berarti bahwa para perokok merokok kembali agar
menjaga mereka untuk menjadi tidak stress.
Selain itu berdasarkan data dan observasi yang peneliti dapatkan di
lapangan tampak adanya peningkatan perilaku merokok pada usia remaja
khususnya remaja pada bangku sekolah SMA/SMK. Hal ini akan berdampak
negatif pada derajat kesehatan khususnya para remaja dengan kebiasaan atau
pola hidup tidak sehat. Merokok akan mengakibatkan kematian pada usia
setengah baya , sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan
hidup normal.
Berdasarkan penelitian yang diadakan di STIK Famika oleh Endom
(
2005)
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa adalah faktor orangtua, teman dan kepribadian. Para remaja
yang memiliki orang tua perokok cenderung akan menjadi perokok dan
remaja yang memiliki teman kelompok perokok juga akan terpengaruh
sehingga mereka pun akan menjadi perokok. Kepribadian remaja yang selalu
ingin tahu membuat mereka mencoba merokok tanpa dipengaruhi oleh
siapapun.
Karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian apakah ada
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja.
Peneliti memilih SMA Kristen Elim sebagai tempat penelitian dengan
pertimbangan jarak yang mudah dijangkau oleh peneliti. Berdasarkan alasan
di atas maka peneliti memilih judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Kristen Elim Makassar.”
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah
Gambaran Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok
Pada Masa Remaja di SMA Kristen Elim Makassar” ?
15.48
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMA Kristen Elim Makassar
Rating: