Follow me on Facebook! Follow me on Twitter!
 7projectsdistro.com - Toko Kaos Distro Online Terlengkap Termurah dan Terpercaya

Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran K3 Dan Pengalaman Praktik Industri Terhadap Kesiapan Kerja Pada Siswa Kelas Xii Smk Muda Patria Kalasan

PanduanTOEFL Terbaik dengan Metode MindMap
A. Latar Belakang Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran K3 Dan Pengalaman Praktik Industri Terhadap Kesiapan Kerja Pada Siswa Kelas Xii Smk Muda Patria Kalasan

Salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa Indonesia untuk memasuki era globalisasi adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah yang dicermati dari pemilikan latar pendidikannya. Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak, terlebih dalam suasana krisis multidimensi yang terjadi saat ini. Masyarakat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini para pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu pendidikan bangsa Indonesia agar dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja yang berkualitas dengan menyesuaikan pembangunan pendidikan itu sendiri.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Perkembangan dan perubahan terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Mutu pendidikan erat berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah dan manajemen sekolah itu sendiri.
Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tujuan untuk menyiapkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki kemampuan kerja dalam bidang industri sesuai dengan bidang kompetensi masing-masing. Tenaga kerja yang dihasilkan diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Beberapa upaya perbaikan mutu telah ditempuh oleh pemerintah, akan tetapi keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja masih dipandang sebelah mata oleh pihak industri. Hal ini terkait oleh mutu dan kesiapan kerja siswa yang kurang terpenuhi untuk bekerja. Setiap lulusan SMK memang disiapkan untuk menjadi sumber daya manusia yang siap pakai. Artinya ketika mereka telah menyelesaikan sekolahnya, lulusan SMK tersebut dapat menerapkan ilmu yang telah mereka dapat sewaktu di sekolah.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjamin kualitas pendidikan serta peran serta masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor jenjang pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 (delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggraaan pendidikan.
Kecerobohan siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum seringkali memicu terjadinya kecelakaan dalam praktik. Kecelakaan dalam praktik tidak hanya berdampak pada siswa saja, tetapi peralatan yang digunakan juga banyak yang rusak. Guru pembimbing yang sering meninggalkan saat praktikum menyebabkan siswa banyak yang berkeliaran, bermain-main dan bersenda gurau dengan teman-temannya, maka siswa lupa apa yang seharusnya dikerjakan. Kecelakaan dalam praktik juga dipengaruhi oleh kelalaian siswa yang mengindahkan aspek keselamatan kerja. Keselamatan kerja menurut suma’mur (1981: 1) diutinjau secara praktis adalah keselamatan yang ada kaitanya dengan mesin, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari kesehatan dan keselamaan kerja adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang terbebas dari berbagai kecelakaan, peledakan, kebakarandan penyakit akibat kerja (A. Tasliman : 1991: 7). Dengan demikian tujuan kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat, kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja.
A Tasliman (1991: 8) mengemukakan dua faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja yaitu: 1) faktor kesalahan manusia (human error) misalnya tidak adanya kemampuan fisik dan mental, kelalaian, hilangnya konsentrasi pada saat kerja dan sikap mental yang kurang baik. 2) faktor lingkungan kerja, lingkungan kerja yang kurang aman dimana keadaan tempatnya membahayakan dan memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian maka perlu diadakan pembenahan pada aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja di sekolah. Melalui mata pelajaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) siswa diajarkan untuk menerapkan keselamatan dalam praktik. Penerapan K3 yang efektif maka akan meminimalisir terjadinya kecelakaan dalam kerja/praktik.
Masyarakat berharap sangat besar terhadap dunia pendidikan sebagai tempat penyiapan tenaga kerja produktif yang nantinya mampu bekerja memenuhi tuntutan pasar kerja. Sementara itu permasalahan yang dihadapi dunia kerja terletak pada kenyataan bahwa sangat sulit untuk dapat memperoleh tenaga kerja yang berkualitas tinggi yaitu tenaga kerja ahli, terampil dan beretos kerja tinggi. Kenyataan yang terjadi pada SMK hingga sekarang adalah adanya kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kesenjangan berupa kemampuan lulusan yang belum sesuai dengan standar kualifikasi dunia kerja.
Dunia industri membuka lebar bagi siswa SMK untuk melakukan praktik industri. Pengalaman praktik industri dapat menambah wawasan dan pengatahuan yang luas bagi siswa. Terkadang siswa tidak aktif untuk bertanya pada pembimbingnya sehingga pengetahuan yang didapat selama praktik industri dirasa kurang. Masalah lain yang muncul adalah sebagian besar siswa melakukan praktik industri yang tidak sesuai bidang kompetensinya sehingga siswa akan kesulitan dalam mencari informasi di industri. Menurut Helmut Nolker (2005: 11), kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja, belajar dapat terjadi diruang kelas, laboraturium, bengkel dan pabrik. Dengan demikian belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.
Berkaitan dengan belajar yang dilakukan di luar sekolah, Helmut Nolker (2005: 11) mengatakan bahwa pengalaman yang diperoleh siswa di luar sekolah, disamping akan membantu proses belajar mengajar, juga dapat digunakan untuk menguji ketrampilan dan pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah. Selain itu belajar langsung didunia kerja akan lebih menguntungkan, karena disamping siswa menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang didapat di sekolah, siswa juga dapat mengenal keadaan yang sesungguhnya di dunia kerja. Pada saatnya nanti siswa akan lebih siap untuk terjun ke dunia kerja. Menurut Herminarto Sofyan (1989: 17) yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan akan efektif jika siswa diberikan tempat yang sesuai dengan tempat kerja nanti, diberikan latihan tentang alat-alat dan mesin-mesin yang sesuai dengan pekerjaanya agar bisa mengenal kondisi dimana mereka dihadapkan pada tuntutan kerja. Hal ini juga dikemukakan oleh I Ketut Mahisa (1997:12) bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan kejuruan para siswa perleu memperoleh pengalaman langsung pada dunia kerja, sehingga siswa setelah lulus akan terbiasa dalam kehidupan yang seungguhnya.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil suatu belajar pada pendidikan kejuruan akan lebih baik jika siswa dihadapkan langsung pada alat-alat maupun kondisi yang sesungguhnya yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengalaman-pengalaman baru tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia kerja melaui kegiatan praktik kerja industri di industri maupun pada dunia usaha lain yang dikenal dengan Praktik Industri.
Kesiapan kerja terbentuk dari tiga aspek yang mendukung, yaitu: aspek penguasaan pengetahuan, penguasaan sikap kerja, dan aspek penguasaan keterampilan kerja yang dimiliki siswa SMK. Di samping ketiga aspek tersebut, keberhasilan seseorang dalam usahannya (pekerjaannya), juga didukung oleh kecintaan terhadap pekerjaan. Noto Widigno (Buntoro, 1999), mengatakan bahwa kepuasan kerja baru akan timbul hanya jika seseorang benar-benar mencintai pekerjaannya. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Suma’mur (1984), yang menyatakan bahwa seseorang yang mencintai pekerjaannya akan bekerja dengan tekun, penuh semangat, dan selalu gembira.
Dari permasalahan yang dipaparkan diatas, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran K3 dan Pengalaman Praktik Industri terhadap Kesiapan Kerja pada Siswa Kelas XII SMK Muda Patria Kalasan”.

| Download File Lengkapnya... |
Like Skripsi Ini :

Baca Juga Judul Menarik Lainnya di Bawah INI :

Comment With Facebook!

Rating: 4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran K3 Dan Pengalaman Praktik Industri Terhadap Kesiapan Kerja Pada Siswa Kelas Xii Smk Muda Patria Kalasan

0 komentar:

Posting Komentar