1.1. Latar Belakang Masalah PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN (STUDI KASUS PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Chenhall dan Morris (1986); (Muslimah, 1998) menyatakan bahwa dalam
situasi tidak menentu proses perencanaan menjadi problematik, sebab kejadian di
masa yang akan datang menjadi lebih sulit diprediksi. Aktivitas pengendalian juga
ditegaskan memungkinkan untuk dipengaruhi ketidakpastian. Kondisi ini diakui pula
oleh Drtina, et al. (1996); (Muslimah, 1998) bahwa untuk tetap survive dalam
lingkungan persaingan sekarang ini, pelaku bisnis harus mampu menciptakan kondisi
bisnis yang fleksibel dan inovatif. Hal ini, setidaknya disebabkan oleh pentingnya
untuk mempertimbangkan faktor eksternal organisasi yang semakin sulit untuk
diprediksi.
Organisasi yang tidak mampu melakukan inovasi yang berkelanjutan akan
terlindas oleh pesaing yang tidak mengenal belas kasihan. Organisasi yang tidak
mampu mengerti lingkungan dimana dia berada akan senantiasa mengalami
ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut, sehingga tidak akan pernah
menjadi yang terbaik.
Arie de Geus (1997) yang dikutip dari Sangkala (2002) dalam hasil
penelitiannya mengidentifikasi, bahwa karakterisitik umum penyebab singkatnya
hidup organisasi-organisasi, terutama karena tidak mampu untuk belajar dan
mengadaptasikan dirinya dengan permintaan lingkungan.
Salah satu komponen penting dalam perencanaan organisasi adalah anggaran.
Anggaran adalah sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang, yang
mengidentifikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dan pengendalian
mempunyai hubungan yang sangat erat. Perencanaan adalah melihat ke masa depan,
menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Pengendalian adalah melihat ke masa lalu, melihat apa yang senyatanya terjadi dan
membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Sebuah organisasi
membutuhkan anggaran untuk menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana
dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Hansen dan Mowen1997).
Anggaran yang efektif membutuhkan kemampuan memprediksi masa depan,
yang meliputi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Manajer perlu
menyusun anggaran dengan baik karena anggaran merupakan perencanaan keuangan
yang menggambarkan seluruh aktivitas operasional organisai (Siegel dan Marconi,
1989); (Edfan Darlis, 2002). Kesalahan memprediksi akan mengacaukan rencana
yang telah disusun dan berdampak terhadap penilaian kinerjanya.
Proses penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku
manusia (Siegel dan Marconi, 1989), terutama bagi orang yang terlibat langsung
dalam penyusunan anggaran. Misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, padahal
bawahan memiliki informasi yang dapat digunakan untuk membantu keakuratan
anggaran organisasi. Perkiraan bias tersebut dilakukan dengan melaporkan prospek
penerimaan yang lebih tinggi, sehingga target anggaran dapat lebih mudah dicapai.
Tindakan bawahan memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai
kinerja atau pemberian reward, atasan mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran
anggaran.
Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen
tingkat atas (top management) sampai manajemen tingkat bawah (lower level
management). Proses penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap
perilaku manusia (Siegel dan Marconi, 1989), terutama bagi orang yang terlibat
langsung dalam penyusunan anggaran. Berbagai masalah perilaku akan muncul
dalam proses penyusunan anggaran. Misalnya ketika bawahan yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan perkiraan yang bias kepada
atasan, padahal bawahan memiliki informasi yang dapat digunakan untuk membantu
keakuratan anggaran organisasi. Perkiraan bias tersebut dilakukan dengan
melaporkan prospek penerimaan yang lebih rendah, dan prospek biaya yang lebih
baik, sehingga target anggaran dapat lebih mudah dicapai. Tindakan bawahan
memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai kinerja atau
pemberian reward, atasan mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran anggaran.
Dengan tercapainya sasaran anggaran, bawahan berharap dapat mempertinggi
prospek konpensasi yang akan diperolehnya. Namun, bagi perusahaan, laporan
anggaran yang bias akan mengurangi keefektifan anggaran di dalam perencanaan dan
pengawasan organisasi (Waller, 1988); (Edfan Darlis, 2002). Perbedaan antara
anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi
organisasi ini disebut senjangan anggaran (budgetary slack) (Anthony dan
Govindarajan, 1998), atau merupakan pelaporan jumlah anggaran yang dengan
sengaja dilaporkan melebihi sumber daya yang dimiliki organisasi dan mengecilkan
kemampuan produktivitas yang dimilikinya (Young, 1985); (Fauziyah, 2000).
Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi bawahan dengan senjangan
anggaran di dalam penyusunan anggaran telah dilakukan oleh banyak peneliti.
Terutama untuk meneliti aspek perilaku bawahan dalam menentukan standar
anggaran. Aspek perilaku ini menyangkut seberapa jauh kepuasan dan kinerja yang
ingin dicapai bawahan. Dalam hal ini bawahan menginginkan setiap informasi yang
diberikan kepada atasan dapat digunakan untuk mencapai tingkat kepuasan dan
kinerjanya yang lebih tinggi (Young, 1985); (Edfan Darlis, 2002).
Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa
partisipasi anggaran dapat berinteraksi dengan variabel dari berbagai aspek
lingkungan dalam memperngaruhi sikap dan perilaku bawahan (Magner et al, 1995);
(Edfan Darlis, 2002). Misalnya Dunk (1993); (Ivan Budi Yuwono, 1999) melakukan
penelitian dengan menganalisis pengaruh interaksi partisipasi anggaran, informasi
asimetri di antara atasan dan bawahan, dan budget emphasis yang digunakan atasan
dalam menilai kinerja bawahannya terhadap slack anggaran. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingkat budget emphasis dan informasi asimetri dapat
mempengaruhi bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk
melakukan senjangan anggaran. Dalam hal ini senjangan anggaran akan rendah
apabila partisipasi anggaran, informasi assimetri, dan budget emphasis tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipasi anggaran menurunkan senjangan anggaran.
Sedangkan Young (1985); (Ivan Budi Yuwono, 1999) menguji secara empiris
pengaruh informasi pribadi terhadap kapabilitas produktif, risk preference, dan
partisipasi anggaran pada senjangan anggaran. Hasilnya menunjukkan bahwa, karena
adanya keinginan untuk menghindari resiko, bawahan yang terlibat dalam
penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan senjangan anggaran. Semakin
tinggi resiko, maka bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan
melakukan senjangan anggaran agar dapat meminimalkan resikonya. Temuan ini
menunjukkan bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan senjangan anggaran.
Dari contoh hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peneliti telah
mencoba mengusulkan bermacam-macam variabel untuk membantu menjelaskan
pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap hubungan partisipasi anggaran dan
senjangan anggaran, namun hasilnya belum dapat menyimpulkan apakah partisipasi
menyebabkan senjangan anggaran, atau sebaliknya apakah partisipasi telah dapat
mengurangi senjangan anggaran.
Hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang menguji hubungan antara partisipasi
bawahan dengan senjangan anggaran menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Penelitian yag dilakukan Camman (1976), Dunk (1993), Merchant (1985), dan Onsi
(1973); (Ivan Budi Yuwono, 1999) menunjukkan bahwa partisipasi dalam anggaran
mengurangi jumlah senjangan anggaran. Sedangkan Lowe dan Shaw (1968), Lukka
(1988), dan Young (1985); (Ivan Budi Yuwono, 1999) menunjukkan hasil yang
berlawanan. Penelitian mereka menunjukkan partisipasi anggaran dan senjangan
mempunyai hubungan yang positif. Collins (1978); (Edfan Darlis, 2002)dalam
penelitiannya membuat kesimpulan bahwa partisipasi anggaran dan senjangan
anggaran mempunyai hubungan yang tidak signifikan.
Asnawi (1997), yang melakukan penelitian dengan sampel manajer menengah
dari beberapa perusahaan di Indonesia yang sebagian besar mempunyai aktivitas
dalam bidang manufaktur, menemukan bukti-bukti bahwa partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi baik secara bersama-sama maupun interaksi menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan terhadap slack anggaran.
Sedangkan penelitian Muslimah (1996) hasilnya menunjukkan bahwa
partisipasi anggaran tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel-
variabel gaya kepemimpinan, job relevant dan ketidakpastian lingkungan.
Dari hasil penelitian-penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberadaan hasil
temuan mereka disebabkan karena mereka menggunakan variabel-variabel yang
berbeda untuk diinteraksikan dengan partisipasi anggaran dalam menjelaskan
terjadinya senjangan anggaran, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengusulkan
variabel lain yang diperkirakan juga berpengaruh pada hubungan antara partisipasi
anggaran dan senjangan anggaran. Penulis mengusulkan variabel komitmen
organisasi dan ketidakpastian lingkungan untuk mencoba menyelidiki pengaruh
variabel-variabel tersebut terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan
senjangan anggaran.
Latar belakang dipilihnya variabel komitmen organisasional di dalam
penelitian ini adalah karena komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan
dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh
organisasi (Mowday et al, 1979); (Edfan Darlis, 2002). Komitmen organisasi yang
kuat di dalam individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan tujuan kepentingan yang sudah direncanakan (Angledan
Perry, 1981; Porter et al., 1974). Bawahan yang memiliki tingkat komitmen
organisasi tinggi akan memiliki pandangan positif dan lebih berusaha berbuat yang
terbaik demi kepentingan organisasi (Porter et al., 1974); (Edfan Darlis, 2002).
Komitmen yang tinggi menjadikan individu perduli dengan nasib organisasi dan
berusaha menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik, sehingga dengan adanya
komitmen yang tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran dapat dihindari.
Sebaliknya, individu dengan komitmen rendah akan mementingkan dirinya atau
kelompoknya. Dia tidak memiliki keinginan untuk menjadikan organisasi ke arah
yang lebih baik, sehingga memungkinan terjadinya senjangan anggaran apabila dia
terlibat dalam penyusunan anggaran akan lebih besar.
Ketidakpastian lingkungan adalah variabel lain yang dipertimbangkan dalam
penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa
ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya
secara akurat (Malikan, 1987); (Edfan Darlis, 2002). Sedangkan di dalam lingkungan
relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa
yang akan datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat
membantu organisasi menyusun rencana dengan lebih akurat (Duncan, 1972); (Edfan
Darlis, 2002).
Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi
ketidakpastian lingkungan yang rendah dapat terjadi pada individu yang berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran. Informasi pribadi (private information) yang dimiliki
bawahan dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran agar lebih akurat
karena bawahan mampu mengatasi ketidakpastian dan dapat digunakan untuk
memprediksi kejadian di masa datang. Mengacu pada pendapat Govindarajan (1986),
yang menyimpulkan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan
anggaran adalah positif dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah, dan
sebaliknya akan berhubungan negatif bila dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi.
Dalam kondisi ketidakpastian yang rendah, partisipasi bawahan yang tinggi akan
mampu menciptakan senjangan anggaran. Hal ini memungkinkan karena bawahan
mampu memprediksi prospek masa depan dan dapat memperkirakan langkah-langkah
yang harus dilakukan sehingga dapat digunakan untuk melakukan senjangan
anggaran dengan melaporkan perkiraan yang bias.
Kemungkinan lain yang menyebabkan bawahan melakukan senjangan
anggaran di dalam partisipasi anggaran pada kondisi ketidakpastian lingkungan
rendah adalah karena ketidakmampuan atasan dalam menganalisis seluruh informasi
yang masuk ke dalam organisasi. Simon (1962) berpendapat bahwa pimpinan tidak
dapat sepenuhnya bertindak rasional dalam mengambil keputusan karena ada
keterbatasan kemampuan dalam memproses informasi yang diperolehnya. Untuk itu
diperlukan bantuan bawahan untuk memproses informasi agar dapat membuat
rencana yang akurat. Kondisi ini dapat digunakan bawahan untuk melakukan
tindakan negatif. Kemampuan menganalisis informasi yang masuk kepadanya tidak
digunakan untuk membantu organisasi dalam penyusunan anggaran karena informasi
tersebut disembunyikan untuk tujuan pribadi.
Disisi lain, dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, partisipasi
anggaran akan mengurangi senjangan anggaran (Govindarajan, 1986). Pada kondisi
ini bawahan sulit memprediksi masa depan sehingga tidak mampu memperoleh
informasi akurat untuk memprediksi kejadian masa depan, sehingga sulit pula
baginya untuk menciptakan senjangan anggaran.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, adalah memungkinkan bagi peneliti untuk
mengusulkan variabel lain yang diperkirakan juga berpengaruh pada hubungan antara
partisipasi anggaran dan senjangan anggaran. Penulis mengusulkan variabel
komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan untuk mencoba menyelidiki
pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap hubungan antara partisipasi anggaran
dan senjangan anggaran. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah
diuraikan, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam
beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
senjangan anggaran?
2. Apakah komitmen organisasi mempengaruhi hubungan antara partisipasi
anggaran dengan senjangan anggaran?
3. Apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengungkapkan bukti secara empiris apakah partisipasi yang tinggi dalam
penyusunan anggaran akan meningkatkan senjangan anggaran.
2. Mengungkapkan bukti secara empiris apakah komitmen organisasi
mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.
3. Mengungkapkan bukti secara empiris apakah ketidakpastian lingkungan
berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan
anggaran.
12.23
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN SENJANGAN ANGGARAN (STUDI KASUS PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Rating: