A. Latar Belakang Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi di Ruang Perawatan Bedah RSU TK II Pelamonia Makassar
Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan IPTEK dibidang kesehatan
serta tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi menuntut upaya
penyelenggaran kesehatan yang lebih bermutu. Profesi keperawatan diupayakan
untuk memenuhi pelayanan kearah kesatuan upaya peningkatan
(
promotive
)
,
pencegahan
(
preventive
)
, penyembuhan
(
curative
)
, dan pemulihan
(
rehabilitative
)
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Menanggapi hal itu, proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan
equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien dalam kembali
kefungsi optimalnya dengan cepat, aman dan senyaman mungkin
(
Smeltzer,
2001
)
.
Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri
bersifat subyektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama.
Untuk itu perawat perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya
pengontrolan nyeri (
Potter, 2005
)
.
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun (
Smeltzer, 2001
)
.
Salah satu ketakutan terbesar klien bedah adalah nyeri, padahal nyeri
setelah pembedahan adalah hal yang normal. Untuk itu perawat perlu
memberikan informasi pada klien dan keluarga klien tentang terapi yang tersedia
untuk menghilangkan nyeri diantaranya latihan relaksasi. Klien harus mengetahui
lamanya waktu yang diperlukan obat untuk bekerja dan seringkali tidak semua
rasa tidak nyaman tersebut bisa hilang sama sekali dengan menggunakan obat
analgetik
(
Potter, 2005
)
.
Banyak klien bedah yang sering menghindarkan minum obat penghilang
rasa nyeri karena takut menjadi ketergantungan. Namun sebagian besar dosis
obat dan interval yang dibutuhkan antara waktu pemberianya tidak cukup besar
sehingga dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk itu perawat harus
mendorong klien menggunakan analgetik seseuai dengan kebutuhan
(
Potter,
2005
)
.
Penatalaksanaan nyeri post operasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara farmakologis dan non farmakaologis. Menangani nyeri secara
farmakologis dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Sedangakan tindakan non farmakologis salah satunya adalah dengan memberikan
teknik relaksasi pada pasien post operasi (
Smeltzer, 2001
)
.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang
obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu,banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis yang dapat membantu dalam
menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri nonfarmakologis biasanya
mempunyai resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan-tindakan tersebut
merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut mungkin diperlukan
atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya
beberapa detik atau menit
(
Smeltzer, 2002
)
.
Teknik relaksasi merupakan metode yang dapat dilakukan terutama pada
pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot
yang menghentikan siklus nyeri, ansietas dan ketegangan otot. Teknik relaksasi
perlu diajarkan bebarapa kali agar mencapai hasil yang optimal dan perlunya
instruksi menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah
meningkatnya nyeri.
Penelitian Tunner dan Jansen
(
1993
)
, Almatsier dkk
(
1992
)
dalam
Smeltzer,
(
2001
)
, menyimpulkan bahwa relaksasi otot skletal dapat menurunkan
nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang dapat menunjang nyeri hal ini
dibuktikan pada penderita nyeri punggung bahwa teknik relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi.
Penelitian Lorenzi,
(
1991
)
Miller & Perry,(
1990
)
dalam Smeltzer,
(
2002
)
,
telah menunjukkan bahwa teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri pasca
operasi, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skletal dalam nyeri
pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan tekhnik relaksasi agar
efektif. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Juanda
(
2006
) setelah dilakukan perlakuan pada kelompok eksperimen post operasi
apendektomi terdapat penurunan tingkat nyeri yang sangat signifikan. Hal ini
dikarenakan pelaksanaan teknik relaksasi yang cukup efektif.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dari pada negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasarwarsa terakhir menurun
secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000
populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan
mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini
menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara
wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan
dewasa muda rationya menjadi 3:2,
(
Harnawatia, 2008
)
.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record Di Perawatan
Bedah RSU TK II Pelamonia Makassar jumlah pasien yang menderita apendicitis
akut dan yang mendapat tindakan apendiktomi yang tahun 2007 sebanyak 293
pasien dan meningkat pada tahun 2008 sebanyak 378 pasien. Selain itu pula
apendisitis merupakan kasus terbanyak dari kasus bedah pencernaan lainya.
Untuk itu perlunya perhatian khusus baik pada saat pra operasi maupun post
operasi apendiksitis terutama dalam hal meminimalkan intensitas nyeri serta
komplikasinya.
Dari hasil survey sementara yang dilakukan oleh peneliti Di Perawatan
Bedah RSU TK II Pelamonia Makassar, umumnya perawat tidak melakukan teknik relaksasi pada pasien yang mengalami nyeri khususnya pasien post
operasi apendiktomi karena perawat hanya melaksanakan instruksi dokter berupa
pemberian analgetik. Sehingga pasien masih mengalami gangguan rasa nyaman
nyeri pada saat reaksi analgetik telah hilang
Mengingat betapa pentingnya pentingnya penatalaksanaan tindakan
nonfarmakologis dalam perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi
apendiktomi maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Perawatan Bedah RSU TK II
Pelamonia Makassar”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap
perubahan intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi Di
Perawatan Bedah RSU TK II Pelamonia Makassar ? ”.
11.30
Unknown
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi di Ruang Perawatan Bedah RSU TK II Pelamonia Makassar
Rating: