A. Latar Belakang SURVEI KADAR HEMOGLOBIN ( Hb ) PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ‘GAU MABAJI’ KAB. GOWA
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(
Nugroho, 2008
)
.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Ditandai
dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala
kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut
beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah
lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris, penyakit atau
gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, salah satunya adalah anemia dan
ini merupakan salah satu penyakit kelainan hematologi yang paling sering
dijumpai pada lansia. Selain itu, dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi
dan kesehatan lanjut usia
(
Lansia
)
yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10
propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita Lansia
adalah penyakit sendi
(
52,3%)
, hipertensi
(
38,8%)
, anemia
(
30,7%)
dan katarak
(
23 %)
, dikutip dari info Depkes 2008.
Anemia adalah salah satu penyakit kelainan hematologi yang paling sering
dijumpai pada lansia. Prevalensinya meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Pendapat lain mengatakan bahwa menurunnya kadar hemoglobin
(
Hb
)
pada
lansia adalah konsekuensi normal dari pertambahan usia, tapi hal ini telah
dibantah oleh karena 80% penyebabnya telah diketahui. Dari suatu hasil studi
terlihat bahwa pada kelompok lansia yang cukup sehat secara fisik dan sosio-
ekonomi, anemia sangat jarang dijumpai. Prevalensi anemia pada lansia
meningkat secara signifikan setelah usia 75 tahun. Insidensinya pada laki-laki
lebih rendah dibandingkan perempuan sebelum usia 55 tahun, tetapi setelah usia
55 tahun anemia lebih sering dijumpai pada laki-laki. Penyebab anemia yang
paling sering pada lansia adalah penyakit kronik dan defisiensi zat besi.
Gejala dari anemia adalah tubuh terasa lemah, cepat lelah, sakit kepala,
penglihatan berkunang-kunang, anoreksia dan nausea. Selain itu jantung
berdebar-debar, denyut nadi menjadi cepat dan nafas menjadi pendek. Efek dari
anemia, yaitu anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung, nyeri dada, infark
jantung. Pada penderita anemia usia lanjut gejala-gejala pada jantung lebih sering
ditemukan daripada penderita usia muda, hal ini disebabkan karena adanya
penyakit vascular degeneratif. Pada individu lansia, hal tersebut merupakan
kondisi berbahaya karena secara alami lansia juga mengalami penurunan
kemampuan fungsi organ dan metabolisme. Individu lansia yang kadar Hbnya di
bawah 10 g/dl perlu mendapat perhatian lebih karena mereka dapat mengalami
perubahan pada sistem kardiovaskulernya. Perubahan itu meliputi meningkatnya
curah jantung dalam keadaan istirahat yang disebabkan meningkatnya frekuensi
denyut jantung. Meskipun anemia dapat disebabkan berbagai sebab berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, diketahui sebagian besar anemia di Indonesia
terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan mineral pembentuk
hemoglobin.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryadi Panjaitan tentang
“Beberapa Aspek Anemia Penyakit Kronik Pada Lanjut Usia” di Medan pada
tahun 2003, dimana anemia penyakit kronik sering ditemukan pada orang-orang
lansia yang menderita penyakit kronik. Dan juga dari hasil penelitian
(
skripsi
)
oleh Nurohmah dengan judul “Survei Anemia Pada Wanita Usia Lanjut” di Panti
Werdha ‘Harapan Ibu’ Kodya Semarang pada tahun 1997, hasilnya adalah faktor
yang terbukti berhubungan dengan kadar hemoglobin
(
Hb
)
adalah masukan zat
besi, protein dan vitamin C.
Selain itu ada juga data dari Panti Sosial Tresna Werdha
(
PSTW
)
“Budi Mulia
01” Cipayung, Jakarta timur pada tanggal 06 Juni 2006 tentang kondisi anemia
pada lansia, dimana dari 100 orang lansia yang bersedia diambil darahnya hanya
86 orang sedangkan sisanya 14 orang tidak bersedia dengan berbagai alasan. Dan
dari 86 orang lansia yang diperiksa ternyata sebanyak 40 orang mempunyai kadar
hemoglobin
(
Hb
)
yang rendah, artinya lansia tersebut mengalami anemia. Kadar
hemoglobin (
Hb
)
yang rendah itu bervariasi, pada lansia laki-laki antara 10,0-12,5
g/dl sedangkan pada lansia wanita 10,0-11,5 g/dl. Namun ada juga 9 orang lansia
yang mempunyai kadar hemoglobin (
Hb
)
di bawah 10,0 g/dl.
Pemerintah dalam hal ini Depkes telah merumuskan berbagai kebijakan,
program dan kegiatan yang dapat menunjang derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lanjut usia. Program pokok kesehatan menanamkan pola hidup sehat
dengan lebih memprioritaskan upaya pencegahan penyakit
(
preventif
)
dan
peningkatan kesehatan
(
promotif
)
, tanpa mengabaikan upaya pengobatan
(
kuratif
)
dan rehabilitatif. Adapun tujuan program kesehatan lanjut usia adalah
meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna
sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Menurut data yang diperoleh untuk propinsi Sulawesi Selatan
(
Makassar
)
,
tepatnya di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa akhir
tahun 2008 jumlah lansia sebanyak 110 orang, sedangkan pada tahun 2009 jumlah
lansia sebanyak 101 orang. Dan untuk penyakit atau keluhan-keluhan yang
dialami para lansia diantaranya adalah hipertensi, pusing, susah tidur, nyeri pada
persendian, batuk-batuk dan kelemahan fisik.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik ingin meneliti tentang “Survei
Kadar Hemoglobin
(
Hb
)
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha GAU
MABAJI Kabupaten Gowa” dengan melakukan pemeriksaan kondisi fisik dalam
hal ini difokuskan pada pemeriksaan kadar hemoglobin
(
Hb
)
untuk memberikan
informasi tentang kondisi anemia pada lansia tersebut.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: bagaimana gambaran kadar hemoglobin
(
Hb
)
pada lansia?


Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: SURVEI KADAR HEMOGLOBIN ( Hb ) PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ‘GAU MABAJI’ KAB. GOWA
Rating: