1.1 Latar Belakang Masalah SURVEI TENTANG PRASARANA DAN SARANA DI MAN 2 KUDUS DALAM PROGRAM KETERAMPILAN TATA BUSANA
Madrasah Aliyah (MA) merupakan suatu lembaga pendidikan yang
setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memiliki ciri islami
dan diselenggarakan oleh Departemen Agama (Harry Sudrajat 2004:18).
Penyelenggaran MA lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya banyak tamatan MA yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Data Statistik
Pendidikan Balitbang Diknas (2004:2) menyimpulkan bahwa 88,4 % siswa
tamatan MA/SMU tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini juga
dikemukakan oleh Harry Sudrajat (2004:18) yang menyatakan bahwa
kebanyakan tamatan MA lebih memilih langsung memasuki lapangan kerja
yang tersedia.
Perbedaan antara harapan dan kenyataan yang ada menyebabkan
Departemen Agama menyelenggarakan MA program keterampilan pada tahun
1998. Program ini didanai oleh UNDP/UNESCO INS/85/036 dan diberikan
pada delapan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Jawa Tengah (Harry
Sudrajat 2004:20). SMAN 2 Kudus merupakan salah satu MAN di Jawa
Tengah yang mendapatkan bantuan untuk menyelenggarakan program
keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program keterampilan yaitu keterampilan reparasi sepeda motor (otomotif), operator komputer dan tata
busana. Tujuan program keterampilan adalah memberikan bekal keterampilan
yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagi
pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik secara mandiri maupun
untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangannya (Depag
1998:1). Tujuan tersebut menjelaskan bahwa MAN 2 Kudus berusaha
mencetak siswa tamatan program keterampilan tata busana agar dapat bekerja
di Industri busana tanpa meninggalkan syariah agama Islam.
Program keterampilan tata busana merupakan program yang sesuai
dengan lingkungan masyarakat Kudus karena usaha dalam bidang busana
menempati urutan kedua sebesar 15, 29 % setelah usaha dibidang tembakau
(rokok) sebesar 33,12 % (BPS 2004:285). Prosentase perusahaan di Kudus
dapat dilihat pada tabel 1.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat ditarik satu
rumusan masalah yaitu:
Apakah prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program keterampilan
tata busana tahun pelajaran 2006/2007 telah sesuai dengan standar ?
Madrasah Aliyah (MA) merupakan suatu lembaga pendidikan yang
setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memiliki ciri islami
dan diselenggarakan oleh Departemen Agama (Harry Sudrajat 2004:18).
Penyelenggaran MA lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya banyak tamatan MA yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Data Statistik
Pendidikan Balitbang Diknas (2004:2) menyimpulkan bahwa 88,4 % siswa
tamatan MA/SMU tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini juga
dikemukakan oleh Harry Sudrajat (2004:18) yang menyatakan bahwa
kebanyakan tamatan MA lebih memilih langsung memasuki lapangan kerja
yang tersedia.
Perbedaan antara harapan dan kenyataan yang ada menyebabkan
Departemen Agama menyelenggarakan MA program keterampilan pada tahun
1998. Program ini didanai oleh UNDP/UNESCO INS/85/036 dan diberikan
pada delapan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Jawa Tengah (Harry
Sudrajat 2004:20). SMAN 2 Kudus merupakan salah satu MAN di Jawa
Tengah yang mendapatkan bantuan untuk menyelenggarakan program
keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program keterampilan yaitu keterampilan reparasi sepeda motor (otomotif), operator komputer dan tata
busana. Tujuan program keterampilan adalah memberikan bekal keterampilan
yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagi
pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik secara mandiri maupun
untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangannya (Depag
1998:1). Tujuan tersebut menjelaskan bahwa MAN 2 Kudus berusaha
mencetak siswa tamatan program keterampilan tata busana agar dapat bekerja
di Industri busana tanpa meninggalkan syariah agama Islam.
Program keterampilan tata busana merupakan program yang sesuai
dengan lingkungan masyarakat Kudus karena usaha dalam bidang busana
menempati urutan kedua sebesar 15, 29 % setelah usaha dibidang tembakau
(rokok) sebesar 33,12 % (BPS 2004:285). Prosentase perusahaan di Kudus
dapat dilihat pada tabel 1.
Tujuan SMK program keahlian tata busana yaitu menyiapkan peserta
didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri (berwiraswasta) atau mengisi
lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga
kerja tingkat menengah, dalam bidang pekerjaan sesuai dengan program
keterampilan (Diknas 2006:2). Tujuan program keterampilan tata busana di
MAN 2 Kudus tidak berbeda dengan tujuan program keahlian tata busana di
SMK. Kesamaan tujuannya yaitu ingin menyiapkan tenaga kerja yang
terampil dalam bidang busana. Jika tujuan yang ingin dicapai sama maka
prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus tidak jauh berbeda dengan
yang ada di SMK.
Prasarana yang memadai adalah segala sesuatu yang mampu
mencukupi dan menampung jumlah siswa sehingga membantu kelancaran
proses pembelajaran (Diknas 2006:9). Prasarana tersebut adalah gedung
(ruang), listrik, air prasarana jaringan telepon, internet, akses jalan, gedung
serbaguna, kantin, tenaga pengajar, tenaga administrasi, siswa, orang tua
siswa, institusi pasangan atau tempat magang, komite sekolah, lingkungan
sekolah, pemerintah daerah dan sebagainya.
Sarana yang memadai adalah alat dan perabot yang secara kuantitas
sesuai dengan kebutuhan siswa dan secara kualitas dapat digunakan
sebagaimana fungsinya, alat praktek individu maksimal dipakai dua siswa
sedangkan alat kelompok maksimal dipakai lima siswa (Diknas 2006:9).
Contoh alat individu dalam program tata busana adalah satu gunting satu
siswa, satu rader satu siswa dan satu paspof satu siswa. Sedangkan contoh alat
kelompok yaitu satu mesin obras dipakai maksimal lima siswa, satu setrika
maksimal dipakai lima siswa, dan satu gunting listrik maksimal dipakai lima
siswa. Peralatan tersebut masih dapat digunakan sesuai fungsinya.
MAN 2 Kudus melaksanakan proses pembelajaran di dalam ruang
keterampilan tata busana yang berukuran 13 x 8 meter. Besar perbandingan antara teori dan praktek adalah 30% dan 70%. Peralatan dan perlengkapan
menjahit, tempat menyimpan buku-buku penunjang dan penyimpanan hasil
karya siswa program keterampilan tata busana juga terdapat dalam ruangan
tersebut. Siswa duduknya saling berdesak-desakan mengelilingi empat meja
potong yang berukuran 2 x 1,5 meter ketika menerima penjelasan dari
instruktur. Banyak siswa yang menggunakan daerah arus lalu lintas (di atas
ubin) ketika membuat pola besar dan memotong bahan. Hanya tersedia satu
mesin bordir industri, dua mesin obras, empat setrika dan satu meja setrika.
Penempatan mesin-mesin secara berkelompok yaitu empat mesin menjadi satu
kelompok. Hal ini menimbulkan sering terjadi tabrakan karena penempatan
mesin belum memperhatikan jalur lalu lintas satu arah. Buku-buku penunjang
jumlahnya belum mencukupi dan belum lengkap sesuai materi di dalam
kurikulum. Siswa dapat meminjam buku yang tersedia hanya pada saat belajar
disekolah sehingga ketika di rumah siswa tidak dapat belajar secara mandiri.
Kesenjangan yang terjadi dalam uraian latar belakang di atas
menimbulkan pertanyaan mengenai apakah prasarana dan sarana di MAN 2
Kudus dalam program keterampilan tata busana sudah memadai? Pertanyaan
tersebut akan dijawab dengan melaksanakan penelitian dalam bidang
prasarana dan sarana program keterampilan tata busana dengan judul “ Survei tentang Prasarana dan Sarana di MAN 2 Kudus dalam Program Keterampilan
Tata Busana Tahun Pelajaran 2006/2007 ”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat ditarik satu
rumusan masalah yaitu:
Apakah prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program keterampilan
tata busana tahun pelajaran 2006/2007 telah sesuai dengan standar ?
10.52
Unknown
No comments
Comment With Facebook!
4.5 | Reviewer: Unknown | ItemReviewed: SURVEI TENTANG PRASARANA DAN SARANA DI MAN 2 KUDUS DALAM PROGRAM KETERAMPILAN TATA BUSANA
Rating:
0 komentar:
Posting Komentar